Presiden RI ke-4 itu juga disebut-sebut memiliki hubungan yang baik dengan China.
Tetapi ada alasan tersendiri yang membuat Gus Dur membangun hubungan dengan China. Mantan jurubicaranya, KH. Yahya Cholil Staquf mengungkap, Gus Dur telah memahami besarnya kekuatan China ketika Barat belum menyadarinya.
China pada dasarnya telah berkembang sejak pemerintahan Deng Xiaoping. Namun dengan strategi untuk menutup diri, China tampak "miskin" dan "lemah" dari luar.
"Dan hadir kekuatan China, seolah-olah datang dengan tiba-tiba. Itu juga karena Xi Jinping mengubah haluan politik China. Kalau Deng Xiaoping ingin sembunyi-sembunyi. Xi Jinping ingin terang-terangan," ujarnya dalam diskusi virtual
RMOL World View bertajuk "Mencerna Politik Luar Negeri Gus Dur" pada Senin (26/7).
"Saya kira Gus Dur pada saat itu sudah memahami betul bagaimana prospek China di masa depan," imbuh Katib Aam PBNU ini.
Di samping itu, Yahya menjelaskan, Indonesia ketika itu memiliki kepentingan untuk menciptakan keseimbangan di kawasan Indo-Pasifik yang sangat dominasi Amerika Serikat (AS) setelah runtuhnya Uni Soviet.
Gus Dur menilai, jika ada kekuatan dominan di Indo-Pasifik, maka kedaulatan Indonesia dan negara-negara tetangga di kawasan akan terancam. Oleh karenanya, memelihara keseimbangan adalah satu-satunya cara yang efektif.
Baginya, dengan keseimbangan kekuatan, maka akan ada ruang bagi negara untuk berkembang.
"Ketika itu Amerika sangat dominan, maka Gus Dur berupaya membangun hubungan dengan China untuk keseimbangan kekuatan. Nah sekarang, China yang dominan, ya gimana membawa Amerika dan Barat masuk ke kawasan untuk menyeimbangkan kekuatan," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: