Dukungan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Tunisia, Othman Jerandi.
Kementerian Luar Negeri Turki pada Rabu (28/7) mengatakan, Cavusoglu menekankan pentingnya stabilitas dan perdamaian di Tunisia, seperti dikutip
Anadolu Agency.
Pada Minggu (25/7), Saied memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi dan membekukan parlemen. Ia kemudian mengambil alih otoritas eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru.
Keputusan itu diambil setelah demonstrasi anti-pemerintah terjadi di Tunisia, memprotes kegagalan pemerintah menangani pandemi Covid-19.
Langkah tersebut dikecam oleh sebagian besar parlemen Tunisia, termasuk Ennahda yang berkuasa, Heart of Tunisia, Koalisi Martabat, dan Gerakan Rakyat.
Ketua Parlemen Rached Ghannouchi menggambarkan langkah presiden sebagai kudeta terhadap konstitusi, revolusi, dan kebebasan di Tunisia.
Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara Arab yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara negara-negara Arab lainnya, termasuk Mesir, Libya, dan Yaman.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: