"Kami tidak akan gentar ketika kepentingan kami terancam. Namun kami tidak mencari konfrontasi," kata Austin dalam kuliah umum di Fullerton International Institute for Strategic Studies (IISS) di Singapura.
"Saya berkomitmen untuk mengejar hubungan yang konstruktif dan stabil dengan China, termasuk komunikasi krisis yang lebih kuat dengan Tentara Pembebasan Rakyat (China)," tegasnya, sebagaimana dimuat.
Channel News Asia.
Dalam pidato yang sama, Austin juga menekanka soal pentingnya aliansi, terutama dengan negara-negara di kawasan.
"Kami tidak meminta negara-negara di kawasan untuk memilih antara Amerika Serikat dan China. Faktanya, banyak kemitraan kami di kawasan ini lebih tua dari Republik Rakyat China sendiri," sambungnya.
Diketahui bahwa Amerika Serikat dan China memiliki hubungan yang rumit. Negeri Paman Sam menempatkan penentangan terhadap China di jantung kebijakan keamanan nasionalnya selama bertahun-tahun.
Bahkan pada pemerintahan Pesiden Joe Biden menyebut persaingan dengan Beijing sebagai "ujian geopolitik terbesar" abad ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: