Peringatan itu disampaikan Biden dalam pidato selama 30 menit di Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) pada Selasa (27/7).
"Saya pikir kemungkinan besar kita akan berakhir dalam perang, perang baku tembak langsung. Itu akan menjadi konsekuensi dari pelanggaran dunia maya yang meningkat secara eksponensial," ujarnya, seperti dikutip
Reuters.
Dalam pernyataannya, Biden menyoroti beberapa serangan siber yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, seperti terhadap SolarWinds, Colonial Pipeline, perusahaan pemrosesan daging JBS, hingga Kaseya.
Serangan-serangan itu bukan bukan hanya merugikan perusahaan, tetapi juga mempengaruhi pasokan bahan bakar dan makanan di beberapa wilayah di AS.
Pihak berwenang AS sendiri meyakini banyak dari serangan siber itu dilakukan oleh Rusia. Bahkan selama pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa, 16 Juni lalu, Biden juga membahas isu tersebut.
Biden juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh China, merujuk pada Presiden Xi Jinping. Ia mengatakan China sangat serius untuk menjadi kekuatan militer paling kuat di dunia, serta ekonomi terbesar dan paling menonjol di dunia pada pertengahan 40-an, 2040-an.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: