Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Puluhan Mayat Penuh Luka Mengambang di Sungai Sudan, Diduga Korban Konflik Tigray

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 03 Agustus 2021, 09:52 WIB
Puluhan Mayat Penuh Luka Mengambang di Sungai Sudan, Diduga Korban Konflik Tigray
Sungai Setit atau Tekeze yang mengalir di antara Sudan dan Ethiopia/Net
rmol news logo Puluhan mayat ditemukan mengambang di sungai yang mengalir di perbatasan Ethiopia dan Sudan. Diperkirakan mereka adalah korban konflik Tigray.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Seorang pejabat pemerintahan Sudan mengungkap sekitar 50 mayat telah ditemukan di Sungai Setit, Provinsi Kassala selama sepekan terakhir.

Beberapa mayat ditemukan dengan luka tembak atau tangan yang terikat. Pejabat itu mengatakan perlu penyelidikan forensik untuk menentukan penyebab kematian, seperti dikutip The Guardian, Selasa (3/8).

Dua petugas kesehatan Ethiopia di komunitas Hamdayet, perbatasan Sudan juga membenarkan penemuan mayat di sungai yang mereka kenal dengan nama Sungai Tekeze itu.

Sungai Setit/Tekeze mengalir melalui beberapa daerah, termasuk Tigray yang selama sembilan bulan terakhir dilanda konflik.

Ahli bedah yang melarikan diri dari Tigray ke Sudan, Tewodros Tefera mengatakan, ada dua mayat yang ditemukan pada Senin. Satu mayat pria dengan tangan terikat, dan yang lainnya adalah seorang wanita dengan luka di dada.

"Rekan-rekan pengungsi telah mengubur setidaknya 10 mayat lainnya," ujarnya.

Tewodros mengatakan mayat-mayat itu ditemukan di hilir Humera oleh para nelayan.

"Saya menduga ada lebih banyak mayat di sungai," tambahnya.

Dokter lain yang bekerja di Hamdayet yang melihat mayat-mayat itu mengatakan beberapa mayat memiliki tanda wajah yang menunjukkan bahwa mereka adalah etnis Tigray.

“Saya melihat banyak hal yang biadab. Beberapa telah dipukul kapak,” kata dokter itu.

Sementara itu, warga sekitar mengaku tidak dapat menangkap semua mayat yang mengambang karena aliran sungai yang deras selama musim hujan.

Pertempuran di Tigray pecah pada November antara pasukan federal Ethiopia dan partai yang berkuasa di kawasan itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, mengatakan pasukannya pindah ke wilayah itu sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara federal.

Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang dan membuat puluhan ribu orang melarikan diri ke negara tetangga, Sudan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA