Kini, meski satu tahun telah berlalu, namun kesedihan dan kemarahan masih melekat di benak banyak warga Lebanon.
Untuk memperingati satu tahun peristiwa menyakitkan itu, warga Lebanon melakukan doa bersama bagi para korban.
"Kami belum lupa, ini adalah satu jam kemarahan, kesedihan," kata Kose Khiichian, warga distrik Bourj Hammoud dekat pelabuhan Beirut.
Berasal dari Amonium Nitrat Ledakan yang terjadi tahun lalu disebabkan oleh sejumlah besar amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di pelabuhan Beirut selama bertahun-tahun.
Lebih dari 200 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya terluka akibat ledakan tersebut. Begitu kuatnya ledakan, sampai-sampai ledakan di pelabuhan Beirut ini disebut sebagai ledakan non-nuklir terbesar yang pernah tercatat dan getarannya terasa hingga ke Siprus, yang berjarak lebih dari 240 kilometer dari Beirut.
Pasca ledakan terjadi, tidak ada pejabat tinggi yang dimintai pertanggungjawaban. Hal itu lah yang membuat marah banyak warga Lebanon. Pasalnya, ledakan bukan hanya menyebabkan hilangnya ratusan nyawa dan kerusakan, tapi juga membuat keuangan negara itu semakin lumpuh.
Sebelum ledakan terjadi, Lebanon memang sudah menghadapi kesulitan karena krisis keuangan yang disebabkan oleh korupsi dan pemborosan negara selama beberapa dekade.
Kehancuran memburuk sepanjang tahun lalu dengan elit pemerintahan gagal membentuk kabinet baru untuk mulai mengatasi krisis bahkan ketika kemiskinan telah melonjak dan obat-obatan serta bahan bakar telah habis.
Ledakan Pelabuhan Beirut semakin membuat situasi memburuk. Bahkan investigasi terhadap ledakan di Pelabuhan Beirut pun kemudian terhenti karena permintaan untuk menanyai politisi senior dan mantan pejabat telah ditolak.
Meski banyak tekanan muncul, satu tahun pun berlalu tanpa ada hasil investigasi yang memadai. Hal itulah yang membuat banyak warga Lebanon marah.
Salah satu bentuk kemarahan mereka terlihat dari dua buah spanduk besar yang diapasang di sebuah bangunan yang menghadap ke pelabuhan Beirut, bertuliskan, "Sandera Negara Pembunuh,".
Sementara itu, keluarga korban dan warga Lebanon lainnya melakukan doa bersama di pelabuhan Beirut pada pukul 18.00 waktu setempat, bertepatan dengan waktu ledakan.
Memimpin doa di sebuah rumah sakit yang rusak parah dalam ledakan itu, Uskup Agung Ortodoks Yunani Elias Audi mengatakan penyelidikan harus dilanjutkan sampai hukuman dijatuhkan kepada mereka yang pantas mendapatkannya.
"Tidak seorang pun berada di atas hukum," ujarnya.
"Siapa pun yang menghalangi keadilan adalah penjahat, bahkan jika mereka ditempatkan di posisi tinggi," sambung Uskup Agung, seperti dikabarkan
Reuters.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: