Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menlu Retno Bertemu Penasihat Keamanan Biden Hingga Direktur CIA, Bahas Apa?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 05 Agustus 2021, 10:43 WIB
Menlu Retno Bertemu Penasihat Keamanan Biden Hingga Direktur CIA, Bahas Apa?
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken/Net
rmol news logo Kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Amerika Serikat (AS) selama kurang lebih empat hari diisi berbagai pertemuan dengan pejabat tinggi di Washington.

Kunjungan kali ini merupakan yang pertama bagi Retno setelah AS memiliki pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden. Retno juga menjadi Menlu ASEAN pertama yang secara resmi diterima oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Pertemuan dengan Blinken juga menjadi tonggak sejarah hubungan kedua negara karena dimulainya Dialog Strategis pertama setelah Indonesia dan AS menjalin kemitraan strategis pada 2015.

"Selain pertemuan dengan Menlu Blinken, saya juga lakukan pertemuan dengan NSA (National Security Adviser) Jack Sullivan, Direktur CIA Bill Burns, Koordinator isu Indo-Pasifik dari NSC Kurt Campbel," sebut Retno dalam konferensi pers virtual dari Washington DC pada Kamis pagi (5/8) waktu Indonesia.

Retno sendiri tidak menjelaskan apa yang dibahas bersama dengan Burns. Sementara itu, pertemuan dengan Sullivan dilakukan pada Selasa (3/8).

Bersama penasihat keamanan Biden itu, Retno membahas sejumlah isu keamanan di kawasan dan internasional, serta kerjasama kesehatan.

Selain itu Retnp juga bertemu dengan USAID, Senator Bob Menendez dari Partai Demokrat, Senator James Risch dari Partai Republik, Senator Tammy Duckworth, Chamber of Commerce dan ASEAN-US Business Council, serta sejumlah industri dan universitas yang terkait dengan urusan vaksin.

Dalam kunjungan ke AS ini, Retno mengatakan, Indonesia memperoleh komitmen baru untuk bantuan penanganan Covid-19, meliputi 30 juta dolar AS dari pemerintah AS, dan 51,6 juta dolar AS dari salah satu perusahaan farmasi.

"Jika dijumlahkan menjadi 81,6 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,1 triliun," sambungnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA