Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Afghanistan Berlumur Darah, Menhan Inggris Salahkan Kesepakatan Trump-Taliban

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 09 Agustus 2021, 14:37 WIB
Afghanistan Berlumur Darah, Menhan Inggris Salahkan Kesepakatan Trump-Taliban
Mantan Presiden AS Donald Trump/Net
rmol news logo Meningkatnya kekerasan di Afghanistan hingga banyaknya korban jiwa merupakan kesalahan Donald Trump lantaran membuat kesepakatan dengan Taliban.

Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace menyalahkan pemerintahan Trump karena membuat kesepakatan dengan Taliban di Doha, Qatar pada Februari 2020. Dalam kesepakatan itu, AS berjanji untuk menarik pasukannya di Afghanistan dengan imbalan Taliban menghentikan kekerasan dan bersedia melakukan dialog perdamaian dengan pemerintahan di Kabul.

Kepada Daily Mail pada Minggu (8/8), Wallace menggambarkan itu sebagai kesepakatan busuk.

"Saya sedih kesepakatan itu menghapuskan apa yang telah dicapai di Afghanistan selama 20 tahun. Kami mungkin akan kembali dalam 10 atau 20 tahun. Tetapi bertindak sekarang tidak mungkin. Kerusakan telah terjadi dengan kesepakatan itu," ujar Wallace.

Sejak AS mulai menarik pasukannya pada Mei, Taliban semakin intensif meningkatkan serangannya, mengambil alih banyak daerah, memicu pertempuran hingga banyaknya korban jiwa.

Wallace sendiri mengajak negara-negara NATO untuk tidak mengikuti langkah AS, dan tetap tinggal di Afghanistan. Namun ia mengatakan, hampir semua negara NATO tidak tertarik dengan seruan itu.

"Kami mencoba pada sejumlah negara yang berpikiran sama. Beberapa mengatakan mereka tertarik, tetapi parlemen mereka tidak. Menjadi jelas bahwa tanpa Amerika Serikat sebagai negara kerangka, opsi ini ditutup," terangnya.

Sementara itu, Wallace menegaskan, Inggris tidak bisa bertindak sepihak dengan tetap menempatkan kekuatan di Afghanistan karena artinya harus merelakan pasukan yang ditempatkan di wilayah lain.

Namun ia menyatakan kesedihan atas banyaknya korban yang berjatuhan di Afghanistan.

"Pemerintah Inggris sedih, bahwa semua darah dan harta yang telah dihabiskan, dan ini adalah bagaimana itu akhir (di Afghanistan)," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA