Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Imigran Rwanda Terduga Pelaku Pembakaran Gereja Prancis Membunuh Pendeta Katolik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 10 Agustus 2021, 07:57 WIB
Imigran Rwanda Terduga Pelaku Pembakaran Gereja Prancis Membunuh Pendeta Katolik
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin/Net
rmol news logo Seorang pengungsi Rwanda yang diduga menjadi penyebabkan kebakaran besar yang menghancurkan katedral di kota Nantes Prancis pada tahun lalu, kembali berulah. Kali ini dia melakukan sesuatu yang lebih keji, membunuh seorang pendeta Katolik di Prancis barat.

Seorang pejabat mengatakan, pembunuhan terhadap Pastor Olivier Maire (60) terjadi di kota Saint-Laurent-sur-Sevre di komunitas religius Montfortains, tempat dia tinggal dan tempat tersangka juga diberi perlindungan.

Serangan itu segera memicu pertikaian baru antara sayap kanan dan pemerintah mengenai masalah imigrasi, kurang dari setahun menjelang pemilihan presiden di mana masalah itu diperkirakan akan semakin besar.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin menggambarkan pembunuhan itu di Twitter sebagai sesuatu yang  "tragis" dan mengatakan dia akan segera mengunjugi ke tempat kejadian perkara.

Sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan seorang pria sebelumnya pergi ke polisi di kota Mortagne-sur-Sevre dan menyatakan dia telah membunuh seorang pendeta. Pria itu sudah berada di bawah kendali pengadilan atas kebakaran di katedral Nantes pada Juli 2020, tambah sumber itu.

Sumber itu juga menambahkan bahwa pendeta, berusia 60 tahun, telah menyambut pria itu ke gerejanya selama beberapa bulan.

Mayatnya ditemukan di komunitas agama di mana dia tinggal dan dia tampaknya telah dibunuh dengan cara dipukul, sementara hasil otopsi resmi penyebab kematian belum keluar.

Pria bernama Emmanuel A. ini mengaku bahwa dirinya juga berada di balik kebakaran di katedral Nantes yang sempat membuat Prancis dilanda kengerian.

Dia awalnya ditahan sebelum dibebaskan di bawah kendali pengadilan. Dia telah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa tetapi telah meninggalkan institusi itu pada akhir Juli.

Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen, yang menuduh pemerintah lemah dalam hal imigrasi, berusaha memanfaatkan insiden tersebut, dengan mengatakan bahwa di Prancis "Anda bisa menjadi migran ilegal, membakar katedral, tidak diusir dan kemudian melakukan pelanggaran kembali oleh membunuh seorang pendeta".

Darmanin segera menuduhnya "membuat polemik tanpa mengetahui fakta", dan mengatakan pria itu tidak dapat diusir dari Prancis selama dia berada di bawah kendali pengadilan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA