Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menhan Jerman Tolak Kirim Pasukan Kembali ke Afghanistan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 10 Agustus 2021, 08:29 WIB
Menhan Jerman Tolak Kirim Pasukan Kembali ke Afghanistan
Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer/Net
rmol news logo Taliban telah merebut ibu kota provinsi keenam dalam empat hari termasuk kota yang pernah dijaga pasukan Jerman selama satu dekade, Kunduz. Situasi ini membuat beberapa pihak berharap Bundeswehr - angkatan bersenjata Republik Federal Jerman - kembali ke Afghanistan.  tetapi Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan tidak.

Jerman memiliki kontingen militer terbesar kedua di Afghanistan setelah Amerika Serikat, kehilangan lebih banyak pasukan dalam pertempuran di Kunduz daripada di tempat lain sejak Perang Dunia II.

Taliban menyerbu enam ibu kota provinsi, termasuk Kunduz - kota di mana Jerman pernah ditempatkan - selama empat hari terakhir saat mereka melakukan serangan sejak pasukan asing mulai menarik diri.

“Laporan dari Kunduz dan dari seluruh Afghanistan sangat pahit dan menyakitkan,” kata Menhan Kramp-Karrenbauer di Twitter, seperti dikutip dari DW, Selasa (10/8).

“Apakah masyarakat dan parlemen siap untuk mengirim angkatan bersenjata ke dalam perang dan tetap di sana dengan banyak pasukan setidaknya selama satu generasi? Jika tidak, maka penarikan bersama dengan mitra tetap merupakan keputusan yang tepat," lanjutnya.

Kramp-Karrenbauer mengatakan bahwa mereka yang sekarang menyerukan intervensi militer baru di Afghanistan harus bertanya pada diri sendiri apa yang akan menjadi tujuan dan strategi, serta siapa yang akan menjadi mitra.

Beberapa orang di dalam partai konservatifnya sendiri menginginkan pasukan Jerman untuk berpartisipasi dalam intervensi melawan Taliban, tetapi Kramp-Karrenbauer mengatakan mengalahkan kelompok tersebut akan membutuhkan kampanye yang panjang dan keras.

Sejak AS mengumumkan rencana pada April untuk menarik pasukan pada 11 September, dan aliansi transatlantik NATO mengikutinya, kekerasan telah meningkat ketika Taliban telah merebut wilayah.

Kramp-Karrenbauer menuduh mantan Presiden AS Donald Trump merusak operasi Afghanistan, meskipun penggantinya Joe Biden yang menerapkan kebijakan penarikan tersebut.

“Kesepakatan yang tidak menguntungkan antara Trump dengan Taliban adalah awal dari akhir,” katanya tentang kesepakatan yang dibuat Trump dengan Taliban pada tahun 2020 agar pasukan AS pergi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA