Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Tass, Rabu (11/8), Duta Besar Korea Utara untuk Rusia, Sin Hong-chol mengungkapkan, Pyongyang tidak dapat mengabaikan ancaman yang dilontarkan Amerika Serikat.
"Kami akan meningkatkan kerja sama antara Korea Utara dan Rusia dengan tujuan untuk melawan ancaman AS, dan terus memperkuat dan mengembangkannya pada tingkat yang lebih tinggi," ujar Sin Hong-chol.
Ia menambahkan, hubungan strategis antar kedua negara itu mestinya sesuai dengan persyaratan abad baru.
Ketegangan antara Pyongyang dan Washington meningkat baru-baru ini setelah Presiden Joe Biden menyebut program nuklir Korea Utara sebagai "ancaman serius" bagi keamanan global.
Kementerian luar negeri mengatakan komentar tersbut berindikasi mempertahankan 'kebijakan bermusuhan'.
Kim Joon-hyung, rektor Akademi Diplomatik Nasional Korea (KNDA) dan profesor studi internasional di Handong Global University di Korea Selatan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Diplomat baru-baru ini, bahwa Pyongyang mengklaim telah mengembangkan program senjata nuklirnya karena kebijakan permusuhan Washington.
"Mereka akan melakukan denuklirisasi sendiri hanya ketika Washington menarik sikap itu terlebih dahulu, tetapi AS telah menuntut agar Pyongyang bertindak terlebih dahulu dengan membongkar senjata dan fasilitas nuklirnya," katanya.
Masalah di Semenanjung Korea juga menjadi ketegangan baru. Menurut Sin Hong-chol penting bagi Korea Utara untuk memperkuat kekuatan yang dapat menangkal ancaman asing.
"Kami telah dengan jelas mengatakan bahwa kami akan memperlakukan AS dengan prinsip
force for force dan
good for good," katanya.
.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: