Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kembalinya Taliban Membuat Atlet Wanita Afghanistan Dicengkeram Ketakutan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 19 Agustus 2021, 16:28 WIB
Kembalinya Taliban Membuat Atlet Wanita Afghanistan Dicengkeram Ketakutan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan Afghanistan telah menimbulkan kengerian tersendiri, terutama bagi kaum perempuan di negara itu yang mengaku trauma pada kepemimpinan kelompok Islam tersebut sebelum akhirnya digulingkan AS pada 2001.

Salah staunya adalah Khalida Popal, seorang tokoh yang terlibat dalam olahraga wanita di Afghanistan. Ia menyuarakan kekhawatirannya pada penderitaan yang akan dihadapi olahragawan wanita setelah Taliban mendapatkan kembali kendali negara itu.

ia mengaku telah menerima telepon dengan nada putus asa dan video dari para perempuan selama periode pergolakan yang memuncak saat Taliban memasuki Ibu Kota Kabul.

Popal mengaku menjadi salah seorang yang melarikan diri ketika kelompok itu memperoleh kekuasaan pada tahun 1996 lalu. Ia tinggal di sebuah kamp pengungsi di Pakistan sebelum kembali ke negara itu. Ketika Taliban digulingkan, Popal bisa merasakan kemerdekaan para perempuan. Ia sendiri ia memainkan peran penting dalam pembentukan tim internasional wanita Afghanistan pertama tahun 2007, yang ia sebut sebagai pencapaian indah yang membanggakan.

Setelah menjadi direktur Asosiasi Sepak Bola Afghanistan pada tahun 2011, Popal berkampanye melawan perambahan Taliban. Sejak itulah ia menerima ancaman pembunuhan sampai-sampai dia menggambarkan hidupnya dalam bahaya besar. Ia pindah ke rumahnya saat ini di Denmark pada 2016 setelah mencari suaka.

“Negara saya, Afghanistan, telah runtuh,” kata Popal yang patah hati. Membayangkan dunia para wanita akan berhenti

“Negara ini diambil alih oleh kelompok teroris ekstremis bernama Taliban. Pemerintah menyerah. Pengumuman dibuat bahwa perempuan dan anak perempuan tidak diizinkan berkarya dan belajar,” katanya, seeprti dikutip dari RT, Kamis (19/8)

Semua pencapaian dan pengorbanan memudar. Para pemimpi berhenti bermimpi dan mimpi memudar menjadi mimpi buruk, keluh Popal putus asa.

Ia pun meminta maaf karena tidak bisa berbuat banyak membantu para wanita Afghanistan seperti dulu meskipun hatinya terarah ke negaranya tercinta.

Popal membantu mengidentifikasi isu-isu seperti pelecehan seksual, ancaman pembunuhan dan pemerkosaan yang merupakan bagian dari fokus bidang olahraga Afghanistan di bawah pemerintahan nasional sebelumnya. Dia mendesak mantan aktivis melawan Taliban untuk melakukan apa pun yang mereka bisa untuk tetap aman.

Ia juga menyayangkan kepergian pasukan AS dari Afghanistan.
 
“Tetapi mereka pergi karena tidak ada lagi kepentingan nasional. Mengapa Anda berjanji? Ini yang dikatakan gadis-gadis saya yang menangis dan mengirim pesan suara. Mereka menangis. Mereka putus asa," ujar Popal.

Situasi tersebut telah sampai ke telinga badan sepak bola dunia FIFA, yang berjanji untuk terus memantau dituasi di Afghanistan.

“Kami berhubungan dengan Federasi Sepak Bola Afghanistan dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka akan terus memantau situasi lokal dan menawarkan dukungan kami dalam beberapa minggu dan bulan mendatang,” kata Popal pada Reuters. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA