Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Shalat Jumat Pertama di Afghanistan Setelah Jatuhnya Kabul, Pengkhutbah Diapit Pasukan Bersenjata Taliban

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 21 Agustus 2021, 07:10 WIB
Shalat Jumat Pertama di Afghanistan Setelah Jatuhnya Kabul, Pengkhutbah Diapit Pasukan Bersenjata Taliban
Seorang Imam berbicara di samping seorang pejuang Taliban bersenjata di Masjid Abdul Rahman di Kabul pada 20 Agustus 2021/Foto; AFP
rmol news logo Suasana ibadah shalat Jumat pada 20 Agustus di masjid-masjid Afghanistan setelah kejatuhan pemerintah, nampak berbeda. Terutama dengan kehadiran pria-pria bersenjata dari kelompok Taliban.

Mereka mengapit seorang cendekiawan saat ia menyampaikan khutbah Jumat di sebuah masjid Kabul yang dipenuhi jamaah. Ini adalah ibadah shalat Jumat pertama sejak Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan lima hari lalu, dan nampak wajah muram dari para jamaat.

Jumat siang itu pengkhotbah di Masjid Abdul Rahman mengisi khutbahnya dengan sejarah bagaimana Afghanistan telah mengalahkan kerajaan Inggris, Uni Soviet, dan sekarang Amerika Serikat di medan perang.

“Afghanistan sekali lagi menunjukkan kebanggaan,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara itu pada dasarnya adalah bangsa yang berani.

Sebelum Taliban berjaya lagi, khotbah pada shalat Jumat biasanya dikoordinasikan oleh pemerintah untuk menyampaikan pesan politik tentang persatuan nasional dan topik lainnya.

Di masjid-masjid di seluruh ibu kota, tema menyeluruh tampaknya menjadi seruan bagi warga Afghanistan untuk memberi kesempatan kepada rezim baru, alih-alih melarikan diri dari negara itu, dan membantu membangunnya kembali afghanistan, adalah pesannya.

Taliban nampaknya berupaya menampilkan citranya yang lebih tenang dan lembut.

Di masjid Hazarat Mostafa di pinggiran barat Kabul, Imam setempat tidak menyebut-nyebut Taliban dan sebagian besar berfokus pada ayat-ayat Alquran tradisional.

Imam berupaya menyampaikan bahwa tinggal di Afghanistan jauh lebih baik daripada mati-matian berdesakan di bandara untuk pergi.

“Mereka dengan iman yang lemah mengejar atau bergelantungan di pesawat Amerika. Mereka harus tinggal dan membangun negara mereka,” kata Imam.

Seorang peserta di masjid Hazarat Mostafa mencatat banyak yang hadir mulai menumbuhkan janggut - yang menurut Taliban dilakukan semua pria dua dekade lalu, seperti dilaporkan AFP.

Ia mengatakan di antara para jemaat ada Taliban yang berjaga tetapi kondisi sejauh itu aman dan tenang.  

Taliban dalam janjinya saat berhasil merebut Kabul mengatakan akan ada perdamaian di Afghanistan dan memerintah menurut prinsip-prinsip Islam.

“Mari kita lihat apa yang terjadi,” kata penjaga toko Wahid di sebuah masjid yang lebih kecil di tempat lain di kota itu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA