Kepada Putin, Xi menegaskan kembali rasa hormat China terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan pendekatan non-intervensi Afghanistan.
Xi menekankan bahwa Beijing bersedia meningkatkan koordinasi dengan Rusia dan komunitas internasional untuk mendorong semua pihak Afghanistan untuk membentuk struktur politik yang inklusif, dan memutuskan hubungan dengan semua kelompok teroris.
Putin pada bagiannya mengatakan bahwa perubahan situasi Afghanistan saat ini menunjukkan kekuatan luar yang secara paksa mempromosikan model politiknya, dan hanya akan membawa kehancuran dan bencana ke negara-negara ini.
"Rusia dan China memiliki sikap dan kepentingan yang sama mengenai masalah Afghanistan," katanya.
Pengamat China percaya bahwa percakapan Xi dan Putin yang berfokus pada masalah Afghanistan adalah pertukaran strategis yang mengindikasikan China dan Rusia berdiri bersama dalam membantu membangun kembali perdamaian, stabilitas dan pembangunan di Afghanistan atas dasar menghormati kehendak dan pilihan rakyat Afghanistan.
Yang Jin, seorang rekan peneliti di Institut Studi Rusia, Eropa Timur dan Asia Tengah di bawah Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan bahwa diskusi antara Xi dan Putin kembali menunjukkan bahwa keduanya ikut bertanggung jawab dalam membantu mengatasi situasi di Afghanistan dan menjaga ketertiban internasional.
"Untuk memulihkan perdamaian, stabilitas, dan ketertiban di Afghanistan sedini mungkin, China dan Rusia dapat memainkan peran besar setelah penarikan AS," kata Yang, kepada Global Times, Rabu (25/8).
Diskusi mengenai masalah Afghanistan juga terjadi antara Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Belanda Sigrid Kaag.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: