Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Akhiri Perang Afghanistan, Biden: Kita Sudah Terlalu Lama Jadi Bangsa yang Berperang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 01 September 2021, 07:32 WIB
Akhiri Perang Afghanistan, Biden: Kita Sudah Terlalu Lama Jadi Bangsa yang Berperang
Presiden AS Joe Biden ketika mengumumkan akhir perang di Afghanistan pada Selasa, 31 Agustus 2021/Net
rmol news logo Amerika Serikat (AS) secara resmi mengakhiri perang  di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Sesuai target yang disampaikan Joe Biden, penarikan pasukan AS dari Afghanistan telah berakhir sebelum 31 Agustus.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Bertempat di State Dining Room yang berada di Gedung Putih, Biden berdiri di tengah lorong dengan karpet merah yang membentang dan bendera-bendera menjadi latar. Ia menyampaikan deklarasi akhir perang terpanjang Amerika pada Selasa (31/8).

"Kita sudah terlalu lama menjadi bangsa yang berperang. Jika Anda berusia 20 tahun hari ini, Anda tidak pernah mengenal Amerika yang damai," ujar presiden 78 tahun itu.

Dalam pidato 26 menitnya, Biden memberikan penghormatan kepada para prajurit yang gugur dan terluka selama misi perang di Afghanistan.

"Setelah 20.744 prajurit Amerika dan wanita terluka, dan kita kehilangan 2.461 personel, termasuk 13 nyawa yang gugur pekan ini, saya menolak untuk membuka perang satu dekade lagi di Afghanistan," tegas Biden.

"Ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden, saya membuat komitmen kepada rakyat Amerika bahwa saya akan mengakhiri perang ini. Hari ini, saya menghormati komitmen itu," tambahnya.

Meski begitu, Biden mengatakan, AS tidak akan terburu-buru mengakhiri peran di Afghanistan. Ia menyebut, AS akan keluar sepenuhnya dengan tanggung jawab dan aman.

Tiga bulan setelah menjabat, pada 14 April lalu, Biden mengumumkan keputusan untuk menarik seluruh tentara AS yang tersisa di Afghanistan pada peringatan serangan teror 9/11 yang memicu invasi ke negara Asia Selatan itu. Kemudian Biden mempercepat tenggat waktu menjadi 31 Agustus.

Ketika pekan-pekan pertama proses penarikan berjalan lancar, serangan kilat Taliban pada 15 Agustus mengubah banyak hal. Taliban berhasil merebut Kabul dan mengambil alih kendali sehingga proses evakuasi diwarnai kekacauan.

Biden juga mengerahkan 6.000 tentara AS untuk mengamankan proses evakuasi warganya dan warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara yang dikuasai Taliban.

Kekacauan semakin parah pada 26 Agustus, ketika dua serangan teror bom bunuh diri muncul di sekitar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul. Serangan itu membunuh 13 petugas AS dan hampir 200 warga Afghanistan.

"Kami menyelesaikan salah satu pengangkutan udara terbesar dalam sejarah dengan lebih dari 120.000 orang dievakuasi ke tempat yang aman. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dari yang diperkirakan sebagian besar ahli," jelas Biden.

Lewat pidatonya itu, Biden juga menjawab berbagai pertanyaan publik mengenai proses evakuasi yang kacau, yang tidak dilakukan AS sebelum penarikan pasukan. Biden menilai, jika AS mulai melakukan evakuasi dari jauh-jauh hari, maka pemerintahan Afghanistan akan jatuh lebih awal.

Bahkan di tengah perkembangan saat ini, ia mengatakan Presiden Ashraf Ghani justru pergi meninggalkan rakyat Afghanistan.

Terlepas dari segala kritik terhadap dirinya, Biden menekankan bahwa kebijakan untuk meninggalkan Afghanistan adalah keputusan terbaik dan ia bertanggung jawab atasnya.

"Tidak ada perang tingkat rendah atau berisiko rendah atau dengan biaya rendah apa pun," pungkas mantan Wakil Presiden era Barack Obama itu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA