Aksi unjuk rasa ini merupakan pertemuan skala terbesar tahun ini meskipun ada peringatan dari polisi pada hari sebelumnya bahwa protes dilarang karena pembatasan Covid-19.
Unjuk rasa menentang pemerintahan Prayut telah mendapatkan momentum sejak akhir Juni lalu ketika kelompok-kelompok yang meminta pemecatannya tahun lalu kembali dengan dukungan yang lebih luas dari orang-orang yang marah dengan situasi yang memburuk akibat pandemi Covid-19.
Sejauh ini tercatat telah ada 1,2 juta kasus infeksi Covid-19 dan 12.103 kematian sejak pandemi Covid-19 terjadi tahun lalu.
Bukan hanya itu, Prayut juga saat ini menjadi sorotan karena menghadapi perdebatan di parlemen awal pekan ini. Prayut dan lima menteri kabinet lainnya dituduh melakukan korupsi, salah urus ekonomi, dan ceroboh dalam menanggapi virus corona.
Di sisi lain, Prayut dan para menterinya menolak tuduhan semacam itu.
"Anggota parlemen harus memilih antara rakyat dan Prayut yang gagal, menyebabkan kerugian dan kematian lebih dari 10 ribu orang," kata Nattawut Saikua, salah satu penyelenggara utama protes.
"Jika Prayut meloloskan mosi tidak percaya dan tetap menjadi perdana menteri, kami akan terus mengusirnya," sambungnya, seperti dikabarkan
Channel News Asia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: