Enam tahun lalu, 20 April 2015, China dan Pakistan menandatangani kerjasama ambisius untuk membangun Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) sepanjang 3.000 kilometer, yang menghubungkan Pelabuhan Gwadar ke Kashgar. Kerjasama bernilai puluhan miliar dolar AS ini sendiri merupakan bagian dari Belt and Road Initiatives (BRI) yang dibuat Xi Jinping.
Namun megaproyek yang meliputi pembangunan jaringan jalan tol, rel kereta api, dan pipa minyak gas ini terancam dengan ketidakstabilan keamanan di Afghanistan.
Ketika merebut kendali Afghanistan, Taliban dilaporkan telah membebaskan 4.000 pejuang Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP), yang bertanggung jawab atas beberapa pembunuhan warga sipil dan pasukan keamanan sejak 2007.
Banyak pihak khawatir kebangkitan Taliban juga bisa menghidupkan kembali kelompok-kelompok teroris di Afghanistan, Pakistan, bahkan Xinjiang. Dengan munculnya "sarang teroris", sudah dipastikan keberlanjutan CPEC akan terganggu.
Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru disahkan pada 30 Agustus lalu, Taliban dituntut untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai sarang teroris.
Kepada China, Taliban juga berkomitmen untuk tidak memberikan dukungan pada gerakan separatis Xinjiang.
Walau begitu, kekhawatiran-kekhawatiran itu tidak sirna, bahkan menguat. Lantaran pada 20 Agustus lalu, lima hari setelah Taliban merebut Kabul, ledakan bom terjadi di Gwadar, Balochistan. Serangan itu disebut menargetkan orang China, namun menewaskan dua anak Pakistan.
Sebulan sebelumnya, ledakan bom terjadi di dalam bus dekat proyek pembangkit listrik tenaga air Dasu yang menewaskan sedikitnya 13 orang termasuk sembilan warga negara China. Sebelum ini, ledakan bom di sebuah hotel kelas atas di Quetta mengejutkan China dan juga Pakistan. Laporan menunjukkan bahwa serangan itu ditargetkan pada dutabesar China, yang berada di kota pada waktu itu.
Serangan-serangan itu terbukti mengganggu CPEC. Terbuki dari beberapa laporan menunjukkan investasi China ke dalam proyek CPEC telah melambat, meski Beijing telah membantahnya.
“Investasi China ke dalam proyek CPEC telah melambat dalam beberapa bulan terakhir. Di suatu tempat orang China mungkin menyadari bahwa mereka menggigit lebih dari yang bisa mereka kunyah karena hasil (proyek) belum terlalu memuaskan,†kata Honorary Direktur Atal Bihari Vajpayee Institute of Policy Research and International Studies, Shakti Sinha, seperti dimuat
India Narrative.
Di samping ketidakstabilan keamanan, China juga telah menyatakan ketidakpuasannya atas laju CPEC. Baru-baru ini, kepala proyek CPEC Letnan Jenderal (purn.) Asim Saleem Bajwa karena kurangnya transparansi dan korupsi.
Terlepas dari gangguan-gangguan itu, banyak pakar menyebut CPEC merupakan permata di atas mahkota bagi China, sehingga Beijing tidak akan meninggalkannya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: