Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Montenegro Rusuh, Pendemo Memprotes Pelantikan Pemimpin Gereja Ortodoks Serbia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 06 September 2021, 06:02 WIB
Montenegro Rusuh, Pendemo Memprotes Pelantikan Pemimpin Gereja Ortodoks Serbia
Para pengunjuk rasa membakar ban mobil di salah satu blokade dekat Cetinje, Montenegro, 5 September/Net
rmol news logo Bentrokan pecah di Montenegro antara polisi dan demonstran yang berusaha mengacaukan pelantikan kepala gereja baru, Minggu (5/8). Sedikitnya 20 orang terluka dalam peristiwa itu dan belasan lainnya ditangkap.  

Polisi terpaksa menembakkan gas air mata saat para perusuh mulai bertindak anarkis dengan melemparkan batu dan botol.

Upacara pelantikan Uskup Joanikije sebagai Uskup Metropolitan Gereja Ortodoks Serbia yang berlangsung di biara Cetinje, mendapat perlawanan dari para penentang gereja Serbia di Montenegro. Para penentang, sejak Sabtu, telah memasang blokade jalan untuk mencegah akses ke kota kecil itu, terutama akses ke markas besar Gereja Ortodoks Serbia (SOC).

Pendemo memasang pembatas jalan dengan wadah sampah, ban, dan batu besar, seperti dilaporkan AP, Minggu.

Blokade panjang itu membuat Uskup Joanikije harus diterbangkan dengan helikopter bersama dengan patriark Serbia untuk bisa tiba di lokasi pelantikan, membuat para pendemo semakin marah dan meluncurkan aksi protes yang mengerikan dengan membakar ban dan menembakkan senjata.

Tayangan TV menunjukkan Joanikije dan para pendeta dibawa ke biara Cetinje oleh polisi anti huru hara bersenjata lengkap dengan pakaian anti peluru.

“Ini Bukan Serbia!”
“Ini Montenegro!”

Para pengunjuk rasa meneriakkan kemarahannya.

Montenegro memisahkan diri dari Serbia pada 2006, tetapi sepertiga dari 620.000 penduduknya tetap menganggap diri mereka sebagai orang Serbia. Karena itulah, SOC tetap mejadi agama dominan di Montenegro, negara kecil di Balkan. Hal itu membuat para oposisi dan pendukungnya menuduh pemerintah Montenegro terlalu dekat dengan gereja dan lebih mementingkan kepentingan Beograd.

Presiden Montenegro Milo Djukanovic telah mengunjungi Cetinje saat kerusuhan berhasil diredam. Ia  mengatakan dia tidak memihak, tetapi dia sempat memuji para pengunjuk rasa di Cetinje karena menjaga kepentingan nasional terhadap dugaan tawaran Serbia untuk memaksakan pengaruhnya di Montenegro melalui gereja.

“Kami perlu melindungi kebebasan dan kedaulatan kami,” kata Djukanovic kepada saluran televisi negara RTCG, mendesak agar semua pihak tenang dan menahan diri.

Djukanovic telah mendesak agar pelantikan ditunda, tetapi informasi itu segera dibantah oleh gereja Serbia yang mengatakan peresmian akan berlangsung meskipun ada ketegangan.

Sejak Montenegro berpisah dari Serbia, orang-orang Montenegro yang pro-kemerdekaan telah mengadvokasi gereja Kristen Ortodoks yang diakui yang terpisah dari gereja Serbia.

Pendahulu Joanikije sebagai pemimpin gereja di Montenegro, Amfilohije, meninggal pada Oktober setelah tertular Covid-19.

Gereja Ortodoks Serbia memainkan peran kunci dalam demonstrasi tahun lalu yang membantu menggulingkan pemerintah pro-Barat yang sudah lama berkuasa di Montenegro. Pemerintahan saat ini banyak terdiri dari partai-partai pro-Serbia dan pro-Rusia yang kukuh.

Otoritas Montenegro sebelumnya memimpin negara itu menuju kemerdekaan dari Serbia dan menantang Rusia untuk bergabung dengan NATO pada 2017. Montenegro juga berusaha menjadi anggota Uni Eropa. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA