Dalam sebuah wawancara dengan
BBC, Graham percaya AS tidak punya pilihan selain akan mengerahkan kembali pasukannya ke Afghanistan.
"Kami akan kembali ke Afghanistan saat kami kembali ke Irak dan Suriah," ujarnya.
Menurut Graham, pengerahan pasukan diperlukan setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan, yang dikhawatirkan dapat memicu kebangkitan teror, khususnya teroris Al Qaeda.
"Kita harus melakukannya karena ancaman (teror) akan begitu besar," kata Graham.
Bahkan hal yang sama, lanjut dia, juga dilakukan AS terhadap Irak. Sebanyak 2.500 tentara AS disebut telah ditempatkan untuk membantu pasukan Irak mengusir ISIS. Pengerahan pasukan sendiri merupakan hasil pembicaraan antara Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Juli lalu.
"Ini solusi saya: bantu perlawanan di lembah Panjshir, Taliban tidak akan bisa memerintah Afghanistan, mereka dibenci oleh rakyat Afghanistan. Apa yang akan terjadi seiring waktu saat Anda melihat resistensi meningkat? ISIS*akan datang setelah Taliban besar dan seluruh negara akan pecah di tahun depan, menciptakan badai yang sempurna bagi kepentingan Barat untuk diserang," terang Graham.
Taliban merebut Kabul hampir tanpa perlawanan pada 15 Agustus, kemudian memproklamirkan berakhirnya perang selama 20 tahun pada hari berikutnya. Namun saat ini, Taliban masih terus memerangi Nasional Resistance Front (NRF) di Provinsi Panjshir.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: