Berdasarkan pengumuman, dari 33 formasi kabinet baru, tidak ada satu pun yang diisi oleh perempuan. Hal ini memicu banyak kritik dan protes lantaran Taliban telah berkomitmen untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.
Jurubicara Taliban Zabihullah Mujahid pada Rabu (8/9) menekankan, pihaknya akan mencari posisi di pemerintahan untuk perempuan karena formasi yang ada saat ini hanya bersifat sementara.
"Pemerintahan ini sementara. Kami akan memiliki pos untuk perempuan dengan menghormati hukum Syariah. Ini adalah permulaan, tetapi kami akan mencari kursi untuk perempuan. Mereka dapat menjadi bagian dari pemerintahan. Ini akan menjadi tahap kedua," ujar Mujahid, seperti dimuat
Sputnik.
Sehari setelah pengumuman pemerintahan baru Afghanistan oleh Taliban, para perempuan menggelar protes di Dashte Barchi menuntut partisipasi mereka.
Protes yang sama juga dilakukan oleh para perempuan di Kunduz.
Organisasi Wanita PBB juga menyatakan kekecewaan mereka atas komposisi pemerintahan baru Afghanistan. Organisasi itu menyebut mereka juga telah menerima banyak laporan tentang perempuan yang dilarang meninggalkan rumah untuk pergi bekerja atau menyelesaikan tugas sehari-hari.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: