Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mantan Dubes Perempuan Pertama Afghanistan: Pemerintahan yang Korup Jadi Kunci Kemenangan Taliban

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 09 September 2021, 12:46 WIB
Mantan Dubes Perempuan Pertama Afghanistan: Pemerintahan yang Korup Jadi Kunci Kemenangan Taliban
Duta besar wanita pertama Afghanistan untuk Amerika Serikat, Roya Rahmani/Net
rmol news logo Pengambilalihan cepat pemerintahan Afghanistan oleh Taliban jelas membuat sebagian orang di dunia terkejut, tetapi tidak bagi Roya Rahmani, duta besar wanita pertama Afghanistan untuk Amerika Serikat.

Meski mengaku ngeri, Rahmani, yang meninggalkan jabatannya pada Juli, mengatakan bahwa dia tidak terkejut jika pada akhirnya Taliban mengambil kendali pemerintahan seperti saat ini, yang menurutnya adalah bagian dari kesalahan pemerintahan terdahulu.

Bagi perempuan berusia 43 tahun ini kegagalan pemerintah Afghanistan terdahulu dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah korupsi yang meluas. Korupsi ini yang menjadi salah satu faktor utama yang akhirnya membuka jalan bagi kemenangan Taliban bulan lalu.

“Saya, sebagai orang Afghanistan, tidak terkejut dengan fakta bahwa Taliban mengambil alih Afghanistan dengan begitu cepat dan mudah. Sebagian karena kurangnya kepemimpinan oleh pemerintah Afghanistan yang ada pada saat itu,” kata Rahmani dalam sebuah wawancara bersama Reuters.

Presiden AS Joe Biden, dalam pidato bulan lalu, menuduh pasukan Afghanistan tidak memiliki "keinginan untuk berjuang" untuk masa depan negara mereka.

Rahmani tak setuju dengan pendapat Biden.

"Bukan pasukan Afghanistan, bahwa mereka tidak mau berjuang untuk kebebasan mereka dan untuk melindungi rakyat mereka. Kepemimpinanlah yang korup. Dan mereka menyerahkan, pada dasarnya, negara itu kepada Taliban," katanya, tanpa memberikan tuduhan khusus.

"Secara khusus, keputusan Ashraf Ghani untuk meninggalkan kursi kepresidenan dan meninggalkan Afghanistan pada 15 Agustus sangat mengecewakan dan memalukan," katanya.

Ghani sendiri mengatakan dalam pernyataannya usai meninggalkan Afghanistan, bahwa dia pergi karena ingin menghindari pertumpahan darah. Dia juga membantah tuduhan dia mencuri jutaan dolar dalam perjalanan keluar.

"Meninggalkan Kabul adalah keputusan tersulit dalam hidup saya," kata Ghani saat itu.

Dalam pernyataannya Rahmani juga memperingatkan akan adanya pergeseran geopolitik usai Taliban berkuasa di Afghanistan yang akan berdampak pada Amerika Serikat dan sekutunya.

"Pakistan - sekutu AS yang dekat dengan Taliban - akan mendapatkan pengaruh dalam berurusan dengan Washington," katanya.

"Saya percaya bahwa Amerika Serikat akan menghadapi Pakistan baru," lanjutnya, sambil memperingatkan pengambilalihan Taliban akan memiliki efek riak di India, China, Turki, dan sekitarnya.

Rahmani juga sempat mengomentari keputusan Taliban untuk mengecualikan perempuan dari semua posisi tinggi pemerintah yang diumumkan pada hari Selasa.

Menurutnya, itu adalah bukti bahwa masa-masa kelam bagi perempuan Afghanistan  ada di depan mata.

Rahmani menghabiskan beberapa tahun bekerja di organisasi nirlaba yang berfokus pada hak-hak perempuan dan pendidikan.

Selain pernah menjabat sebagai Duta Besar perempuan pertama Afghanistan untuk AS, kelahiran Mei 1978 ini juga pernah menjabat sebagai Duta Besar perempuan pertama Aghanistan untuk Indonesia pada Juni 2016 hingga Desember 2018.

Kemudian, ia juga penah menjabat sebagai duta besar pertama untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA