Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

TETO Beberkan Alasan Kuat Mengapa PBB Harus Buka Pintu Bagi Kemitraan Taiwan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 13 September 2021, 15:30 WIB
TETO Beberkan Alasan Kuat Mengapa PBB Harus Buka Pintu Bagi Kemitraan Taiwan
Taiwan merupakan negara yang ramah dan memiliki rekam jejak yang baik dalam hal memberikan kontribusi global/Net
rmol news logo Taiwan merupakan negara yang ramah dan memiliki rekam jejak yang baik dalam hal memberikan kontribusi global. Oleh karena itu, tidak heran jika Taiwan berupaya mengajak banyak pihak untuk mendukung partisipasi mereka di PBB, terutama jelang Sidang Umum PBB ke-76 akan diselenggarakan di New York pada besok (14/9).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Melalui sebuah pernyataan yang. diterima redaksi akhir pekan kemarin, Taipei Economic and Trade Office (TETO) juga menyerukan hal serupa kepada seluruh kalangan dari Indonesia. Pasalnya, dengan mendukung partisipasi Taiwan di PBB, Taiwan dan negara-negara lain di dunia dapat bekerja sama di bidang anti-pandemi global, pemulihan ekonomi dan memerangi perubahan iklim, memberikan kontribusi untuk bersama-sama mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) global yang diprakarsai oleh PBB.  

Jika menengok ke belakang, selama sekitar 60 tahun terakhir, Taiwan terus memberikan bantuan kepada negara-negara sahabat di seluruh dunia.

Setelah PBB mengadopsi "Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan", Taiwan telah bekerja sangat keras untuk mencapai "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan" termasuk kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, serta kesehatan dan kesejahteraan.

Bahkan belakangan ini, Taiwan menjadi lebih berkomitmen untuk bekerja sama dengan negara lain untuk memerangi pandemi dan pemulihan ekonomi.  

Akan tetapi, sambung pernyataan yang sama, Taiwan menghadapi hambatan besar, terutama dari Chinam PBB dan badan-badan terkait terus menggunakan resolusi 2758 Majelis Umum PBB tahun 1971 sebagai dasar hukum untuk mengecualikan partisipasi Taiwan. Bagi Taiwan, hal itu tidak ubahnya seperti mengarang kebohongan dengan menyebut bahwa Taiwan adalah bagian dari China.

Taiwan mendesak agar komunitas internasional tidak lagi mengutip resolusi tersebut karena bagi Taiwan hal itu tidak realistis. Resolusi 2758 hanya mengatur tentang perwakilan China di PBB, tidak menyebutkan klaim China untuk memiliki kedaulatan atas Taiwan, juga tidak memberi wewenang kepada China untuk mewakili Taiwan dalam organisasi PBB.  

TETO dalam pernyataannya menegaskan bahwa China tidak pernah memerintah Taiwan. Taiwan memiliki pemerintahan, rakyat, tanah, dan kedaulatan yang mandiri. Inilah situasi saat ini terjadi di kedua sisi Selat Taiwan. Hanya pemerintah yang dipilih oleh rakyat Taiwan melalui prosedur demokrasi yang dapat memerintah Taiwan dan mewakili Taiwan di kancah internasional, sebagaimana semangat dasar demokrasi yang diungkapkan oleh Pancasila Indonesia.  

Saat ini, pemegang paspor Taiwan tidak diperbolehkan masuk ke PBB untuk mengunjungi atau menghadiri pertemuan, dan media Taiwan tidak dapat memperoleh kartu pers untuk memasuki tempat wawancara.

Bagi Taiwan, sambung pernyataan TETO, China menyamakan resolusi 2758 dengan "Prinsip satu China" dan secara sewenang-wenang memaksakan sikap politik China di PBB.

Tindakan menghalangi secara keseluruhan terhadap pejabat pemerintah dan warga sipil Taiwan ini secara serius melanggar prinsip-prinsip dasar universal dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang ditegaskan saat berdirinya PBB.

Di sisi lain Taiwan terus bangkit untuk memajukan ekonomi dan kerjasama dengan banyak negara lain di dunia, termasuk Indonesia.  

Sejak penerapan Kebijakan Baru ke Arah Selatan pada tahun 2016, Taiwan terus mempromosikan berbagai hubungan kerja sama dengan Indonesia. Sejak saat itu, kedua belah pihak telah menandatangani total 20 nota kesepahaman dan rencana kerja sama untuk terus memperdalam kerja sama bilateral di bidang perdagangan dan pembangunan ekonomi, tenaga kerja, pertanian, pendidikan dan pelatihan, penerbangan sipil serta teknologi.  

Taiwan juga merupakan mitra dagang terbesar ke-10 Indonesia dan sumber modal asing terbesar ke-9. Perusahaan swasta Taiwan juga mempercepat menyelaraskan Kebijakan Baru ke Arah Selatan dari pemerintah, dengan merelokasi pabrik dari China ke Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk membangun kembali rantai pasokan industri mereka, seperti Meiloon Industrial , Pegatron Technology, Kenda Rubber, Walsin Lihwa dll. yang akan membantu pembangunan ekonomi Indonesia.  

Bukan hanya itu, saat ini, ada lebih dari 300 ribu warga Indonesia yang bekerja, belajar dan tinggal di Taiwan, dan mereka diperlakukan dengan baik, menikmati jaminan sosial dan perawatan medis yang setara dengan warga Taiwan.

Selain itu juga terdapat lebih dari 20 ribu pengusaha Taiwan di Indonesia yang telah berinvestasi dan mendirikan pabrik di Indonesia, menciptakan lapangan kerja, membantu pembangunan ekonomi dan sosial, hidup harmonis dengan rakyat Indonesia, dan bersama-sama berkontribusi kepada masyarakat Indonesia yang demokratis, bebas, damai dan sejahtera.

Taiwan semakin menonjol, terutama di tengah situasi pandemi Covid-19 global. Di saat sulit seperti itu, pemerintah Taiwan dan sektor swasta terus menyumbangkan masker medis, generator oksigen, terapi oksigen beraliran tinggi (HFNC), tabung oksigen, perlengkapan APD, dan mesin PCR otomatis kepada Indonesia melalui jalur yang berbeda-beda, mendukung upaya anti pandemi bersama staf medis garis depan di Indonesia.

Organisasi Taiwan di Indonesia, termasuk Yayasan Tzu Chi Indonesia, Indonesia Taiwan Chambers of Commerce (ITCC), Yayasan Amal Tiga Roda, dll., juga menyumbangkan peralatan pelindung, peralatan medis dan perlengkapan bantuan, secara aktif membantu lembaga medis dalam memerangi pandemi, dan membantu masyarakat yang kurang mampu untuk mengatasi kesulitan mereka.  

Oleh karena itu, TTETO menyerukan kepada semua kalangan di Indonesia untuk mendukung partisipasi Taiwan di PBB, untuk memungkinkan Taiwan berintegrasi secara formal dengan komunitas internasional dan memainkan peran konstruktif yang sejalan dengan prinsip-prinsip universal, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang dikumandangkan oleh PBB. Degan demikian, Taiwan juga dapat bersama-sama mempromosikan tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Taiwan adalah kekuatan dunia yang ramah, PBB seharusnya menerima mitra baik yang berharga ini," begitu kutipan dari pernyataann TETO tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA