Salah satu penyintas serangan mematikan itu adalah Emal Ahmadi. Ia kehilangan putrinya, Malika, yang baru berusia 3 tahun ketika pesawat tak berawak milik AS membombardir mobil abangnya.
Kepada
The Associated Press, Ahmadi mengungkap kemarahannya atas pernyataan Pentagon yang mengakui bahwa serangan mereka telah salah sasaran dan justru menewaskan warga dipil.
"Bagi kami, maaf tidak cukup. AS harus menemukan orang yang melakukan ini," tegas Ahmadi.
Menurut laporan
Al Jazeera, anggota keluarga korban berusaha mencari kompensasi dari AS, termasuk kemungkinan untuk meninggalkan Afghanistan.
Berdasarkan hasil investigasi, serangan udara AS yang ditujukan ke ISIS-K pada akhir Agustus justru menghantam mobil yang dikendarai pekerja bantuan Afghanistan, Zemerai Ahmadi.
Awalnya Washington menyebut mobil itu dipenuhi bahan peledak, namun tidak ada bukti ledakan lain yang muncul selain daripada serangan drone.
Pada Jumat (17/9) Kepala Komando Pusat AS Jenderal Marinir Frank McKenzie mengakui kesalahan dari pihaknya.
“Kami telah menilai, bahwa mereka yang tewas tidak terkait dengan ISIS-K atau ancaman langsung terhadap pasukan AS... Sebagai komandan kombatan, saya bertanggung jawab penuh atas serangan ini dan akibat tragisnya,†ujarnya.
"Itu adalah kesalahan, dan saya menyampaikan permintaan maaf saya yang tulus,†lanjutnya, sembari mengatakan akan pihaknya mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi kepada keluarga korban.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: