Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pembatalan Kontrak Kapal Selam Berujung Krisis Diplomatik Serius Antara Sekutu Barat, Kok Bisa?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 19 September 2021, 22:57 WIB
Pembatalan Kontrak Kapal Selam Berujung Krisis Diplomatik Serius Antara Sekutu Barat, <i>Kok</i> Bisa?
Keputusan Australia untuk membatalkan pesanan bernilai miliaran dolar AS atas pembelian kapal selam Prancis telah memicu pertikaian diplomatik antara sekutu lama Barat tersebut/Net
rmol news logo Keputusan Australia untuk membatalkan pesanan bernilai miliaran dolar AS atas pembelian kapal selam Prancis telah memicu pertikaian diplomatik antara sekutu lama Barat tersebut.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pada Rabu lalu (15/9), Australia mengumumkan bahwa mereka akan membatalkan kontrak senilai lebih dari 50 miliar euro atau setara dengan sekitar 59 miliar dolar AS untuk mengakuisisi 12 kapal selam diesel-listrik buatan Prancis.

Keputusan Australia itu membuat Prancis geram dan berimbas pada ketegangan dipomatik.

Tidak lama setelah pengumuman pembatalan kontrak itu, Kementerian Luar Negeri Prancis segera menarik dutabesarnya untuk Amerika Serikat dan Australia dengan alasan negara-negara itu bermuka dua, telah melakukan penghinaan dan berbohong.

Bukan hanya itu, selain menderita kerugian ekonomi, Prancis juga merasa ada penghinaan di balik keputusan tersebut.

"Ada penghinaan sehingga tidak berjalan baik di antara kita, tidak sama sekali," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian beberapa waktu lalu.

Merapat ke Amerika Serikat dan Inggris

Bukan tanpa alasan Prancis geram. Pasalnya, di saat yang bersamaan dengan pembatalan kontrak dengan Prancis, Australia segera merapat ke Amerika Serikat dan Inggris dalam kerangka kerjasama militer. Setidaknya ada delapan kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat yang akan ditugaskan dalam kerangka aliansi baru yang dikenal dengan akronim AUKUS, di mana Australia, Amerika Serikat, dan Inggris berbagi teknologi canggih satu sama lain.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada hari Rabu (15/9) mengatakan, ketiga negara telah menyetujui kemitraan keamanan trilateral baru.

Dengan demikian, langkah ini akan mengkonsolidasikan keselarasan strategis Australia dengan Amerika Serikat dan dapat mengubah keseimbangan kekuatan angkatan laut di Pasifik. Sebagai bagian dari rencana, Australia dapat melakukan patroli rutin melalui wilayah Laut China Selatan.

Prancis Merasa Dihina

Menteri Luar Negeri Prancis Le Drian dan Menteri Angkatan Bersenjata Florence Parly mengungkapkan kemarahan mereka pada langkah Australia pada hari Kamis (16/9). Mereka mengatakan bahwa keputusan itu bertentangan dengan surat dan semangat kerja sama yang berlaku antara Prancis dan Australia.

Berbicara di radio France Info, Le Drian menggambarkan keputusan Australia itu seperti tikaman dari belakang.

Sementara itu, Dutabesar Prancis untuk Australia Jean-Pierre Thebault mengatakan kepada Al Jazeera ketika dia meninggalkan kedutaan di Canberra bahwa langkah untuk membatalkan kesepakatan itu merupakan kesalahan besar.

"Itu bukan kontrak, itu kemitraan," katanya tentang kesepakatan itu.

“Kemitraan seharusnya didasarkan pada kepercayaan," sambungnya.

Dalih Australia

Pada akhir pekan ini (Minggu, 19/9), Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa Prancis akan mengetahui bahwa Australia memiliki keprihatinan yang mendalam dan serius bahwa armada kapal selam yang sedang dibangun Prancis tidak akan memenuhi kebutuhan Australia.

Dia mengatakan, dia telahmemberi tahu Macron pada bulan Juni lalu bahwa ada masalah yang sangat nyata tentang kemungkinan kemampuan kapal selam konvensional buatan Prancis akan mengatasi masalah keamanan Australia.

“Kemampuan yang akan diberikan oleh kapal selam kelas Attack bukanlah yang dibutuhkan Australia untuk melindungi kepentingan kedaulatan kita,” kata Morrison.

Di sisi Prancis, Le Drian membantah klaim dari Australia yang menyebut telah ada konsultasi terlebih dahulu dengan Prancis sebelum pengumuman pembatalan kontrak tersebut.

Aliansi Compang-Camping?

Aliansi antara Prancis dan Amerika Serikat dimulai pada tahun 1778, dua tahun setelah deklarasi kemerdekaan negeri Paman Sam.

Sebagai bagian dari aliansi Prancis-Amerika, Prancis memberi Amerika Serikat bantuan dan pinjaman militer yang sangat dibutuhkan selama perang revolusionernya melawan Inggris.

Prancis, sekutu tertua Amerika Serikat, belum pernah menarik duta besarnya.

“Fakta bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah hubungan antara Amerika Serikat dan Prancis kami memanggil duta besar kami untuk konsultasi adalah tindakan politik yang serius, yang menunjukkan besarnya krisis yang ada sekarang di antara negara kami,” kata Le Drian. dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (17/9). rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA