Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cara Taiwan Hadapi China Jauh Berbeda dengan Caranya Menghadapi Selandia Baru, Standar Ganda?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 22 September 2021, 10:17 WIB
Cara Taiwan Hadapi China Jauh Berbeda dengan Caranya Menghadapi Selandia Baru, Standar Ganda?
Menteri Dewan Pertanian Chen Chi-chung/Net
rmol news logo Tanggapan keras Taiwan terhadap China soal larangan impor buah berbuntut pada tudingan standar ganda, di mana Taipei dianggap bisa bersikap lebih bijak ketika menghadapi larangan impor dari Selandia Baru.

Tudingan itu muncul setelah Menteri Dewan Pertanian (COA) Chen Chi-chung mengatakan bahwa larangan Beijing atas impor cherimoya dan apel lilin dari Taiwan tidak dapat diterima. Ia bersumpah untuk menyelesaikan perselisihan melalui WTO jika Beijing terus mengabaikan permintaan untuk negosiasi perdagangan.

Atas sikap kerasnya itu, beberapa orang kemudian menuduh Chen menerapkan standar yang berbeda ketika Wellington pada Juni lalu melarang impor leci dan mangga dari Taiwan karena masalah hama, di mana saat itu, Chen mengatakan bahwa dia menghormati keputusan pemerintah Selandia Baru.

Lewat unggahan di Facebooknya pada Selasa (21/9), Chen membantah tudingan tersebut.

“Pemerintah tidak memiliki standar ganda untuk China dan Selandia Baru ketika menanggapi larangan buah Taiwan,” tulis Chen di Facebooknya, seperti dikutip dari  Asahi, Rabu (22/9).

“Mereka yang menuduh pemerintah memiliki standar ganda sama sekali tidak mengetahui peraturan yang mengatur perdagangan internasional,” lanjutnya.

Chen lalu menjelaskan bahwa aturan yang mengatur ekspor dan impor hewan dan tumbuhan antara dua negara ditetapkan melalui negosiasi bilateral.

“Misalnya, kita sudah sepakat bahwa leci yang diekspor ke Selandia Baru harus dikukus pada suhu 46,5 derajat celsius selama 20 menit. Setelah kami diberitahu tentang masalah hama pada bulan Juni, kedua negara mulai merundingkan solusi untuk masalah tersebut. Ekspor leci dan mangga Taiwan ke Selandia Baru akan dilanjutkan setelah kesepakatan tercapai,” katanya.

“Namun, China belum menanggapi permintaan negosiasi Taiwan, bukan untuk larangan impor nanas pada bulan Maret, atau larangan baru-baru ini terhadap cherimoya dan apel lilin,” kata Chen, menambahkan bahwa pelanggaran konsisten peraturan perdagangan internasional Beijing tidak dapat diterima.

Chen kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa Taiwan dan Selandia Baru mengikuti peraturan perdagangan internasional dan menyelesaikan perselisihan melalui prosedur yang tepat.

“Kami berusaha untuk menegakkan tindakan inspeksi dan karantina berdasarkan bukti ilmiah, sambil meminimalkan kerusakan pada perdagangan bilateral. Namun, China telah menyergap kami dengan secara sepihak melarang impor nanas, apel lilin, dan apel custard, yang semuanya mulai berlaku sehari setelah pengumuman. China hanya mengeluarkan pengumuman yang tidak didukung oleh bukti objektif apa pun,” katanya.

Chen juga menyesalkan pernyataan China yang mengklaim bahwa kutu putih jeruk ditemukan dalam cherimoya dan apel lilin dari Taiwan, sementara menurutnya hama seperti itu juga ada di negara-negara Asia lainnya, termasuk China sendiri.

“Buah-buahan yang ditemukan memiliki kutu putih jeruk diizinkan masuk ke negara asalkan difumigasi dengan metil bromida,” katanya.

“Hanya China yang menggunakan penemuan kutu putih jeruk untuk memblokir ekspor produk pertanian Taiwan,” lanjutnya.

Chen lalu menjelaskan bahwa hama kutu putih sebenarnya memiliki risiko penyebaran yang lebih rendah dan tidak mempengaruhi bagian dalam buah.

“Inspeksi dan karantina tanaman adalah masalah ilmiah, bukan masalah politik. China harus segera menanggapi permintaan kami untuk negosiasi, atau kami tidak akan memiliki jalan lain selain menyelesaikan perselisihan melalui mekanisme WTO, demikan Chen. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA