Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Jika Ada Negara yang Perspektifnya Paling Sering Sejalan dengan AS, Itu adalah Inggris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 22 September 2021, 12:53 WIB
Pengamat: Jika Ada Negara yang Perspektifnya Paling Sering Sejalan dengan AS, Itu adalah Inggris
Ilustrasi/Net
rmol news logo Hubungan Inggris dan Amerika Serikat belakangan ini nampak mesra. Namun, ada onak di antara senyum kesenangan Joe Biden dan Boris Johnson yang menghiasi layar televisi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Amerika Serikat, khususnya Joe Biden, mendapat banyak kecaman setelah penarikan pasukan AS di Afghanistan. Di parlemen Inggris Biden dikecam habis-habisan karena memilih mundur, yang dianggap mereka sebagai 'memalukan'. Bagaimana pun Inggris memiliki ribuan pasukan di Afghanistan yang itu berarti mereka juga harus ikut mundur, sebuah langkah yang sangat disesali.

Konon, Biden dilaporkan membutuhkan waktu satu setengah hari untuk membalas telepon Johnson. Mengindikasikan ada celah yang di antara hubungan mereka, celah yang sebenarnya sudah ada sejak pasca-Brexit.

Itu Agustus, sekarang, di September kita melihat pemandangan yang berbeda.

Pada Selasa (21/9), Johnson tampil di  Washington dalam sidang umum PBB dengan wajah ceria penuh kemenangan; pertama ia merayakan merayakan pakta militer baru AUKUS yang digagas AS, kedua warga negaranya akan bebas melancong ke AS mulai September ini karena Biden telah mencabut larangan penerbangan untuk Australia.   

Kepala biro dari The Guardian David Smith menulis dalam artikel terbarunya, Johnson nampak  duduk di Ruang Oval dan memuji pidato Biden di sidang umum PBB.

Perubahan ekstrim. Bagi Smith, hubungan antara AS dan Inggris pasca-Brexit, dan antara Biden dan Johnson, tetap rumit, bernuansa, dan tak terhindarkan bersifat transaksional.

"Pasang surut lebih lanjut pasti masih ada," begitu katanya dalam artikel itu.

Tiga minggu lalu, banyak pers Inggris konservatif mengatakan itu adalah kehancuran total hubungan Inggris-AS,

“Saya kira besok mereka akan mengatakan itu adalah terobosan besar. Saya rasa keduanya tidak benar,” kata Thomas Wright, direktur Pusat Amerika Serikat dan Eropa di Brookings Institution di Washington.

Bagi banyak orang, episode Afghanistan adalah sinyal bahwa Biden dengan kejam berfokus pada kepentingan pribadi Amerika, tak peduli bahwa itu menyebabkan gangguan di antara sekutu lama. Termasuk ketika harus menghadapi ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh China.

"Tumbuhnya kekuatan China juga memotivasi perjanjian keamanan Aukus baru Washington di Indo-Pasifik dan kali ini Inggris muncul sebagai pemenang sementara Prancis adalah pecundang besar, karena kesepakatan itu menggagalkan kontrak bernilai miliaran dolar bagi Prancis untuk menyediakan kapal selam ke Australia," tulis Smith.

Ia kemudian mengutip kata-kata Wright; Aukus benar-benar menunjukkan apa yang harus Inggris sumbangkan dan itu efektif, teknologi kelas adalah spesialisasi Inggris. Ada keselarasan di sana dan memiliki sesuatu yang besar untuk disumbangkan.

Tetapi menurut Wright, bicara tentang Anglosphere (sekumpulan negara-negara penutur bahasa Inggris dengan warisan budaya yang sama) atau semacamnya, sebagai prinsip pengorganisasian untuk hubungan atau untuk kebijakan luar negeri AS, sangat keliru.

Sulit untuk melihat Johnson dan Biden sebagai dua partnet kuat. Kurang dari dua tahun lalu Biden menyebut Johnson sebagai 'klon fisik dan emosional'.

Ketika AS mengumumkan bahwa penerbangan internasional sudah dibuka dan Inggris jadi salah satu negara yang pelancongnya diperbolehkan masuk AS, Biden tidak menghubungi Johnson secara pribadi untuk pengumuman bakik itu.

Johnson juga memberikan catatan kehati-hatian selama perjalanan, termasuk kemungkinan mencapai kesepakatan perdagangan bebas komprehensif AS-Inggris.

Dalam persiapan untuk referendum UE pada tahun 2016, presiden saat itu Barack Obama memperingatkan warga Inggris bahwa mereka akan berada di 'belakang antrian' untuk kesepakatan perdagangan apa pun jika mereka memilih Brexit.

Biden, yang pada masa itu  adalah wakil presiden, dikenal sebagai pecinta  warisan Irlandia, mengatakan, tidak akan ada kesepakatan perdagangan jika perdamaian di Irlandia Utara terancam oleh kepergian UE.

Wright menilai, masih ada tantangan yang sangat signifikan dalam hubungan kedua negara yang mungkin tidak hilang.

“Secara bertahap Inggris telah condong lebih dekat kepada AS, hanya untuk mencari keselarasan dengan AS,  dan mengakui bahwa itu tidak akan dapat memperdalam hubungan ekonominya dengan China,” kata Smith.

Charles Kupchan, senior di Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan telah terjadi hubungan khusus antara Inggrsi dan AS.

"Saya sampai pada kesimpulan bahwa jika ada satu negara di luar sana perspektifnya paling sering sejalan dengan Amerika Serikat, itu adalah Inggris. Baik secara historis, budaya, atau linguistik. Saya tidak tahu, tapi saya pikir itu fakta dan pertanyaannya adalah bagaimana memanfaatkannya sebaik mungkin.” rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA