Menurut laporan
Reuters pada Rabu (22/9), sekitar 10 ribu penduduk di Thantlang, negara bagian Chin yang berbatasan dengan India telah mencari perlindungan ke beberapa negara lain, termasuk India.
Banyaknya penduduk yang pergi terjadi setelah pertempuran antara pasukan milisi dan tentara pada akhir pekan lalu. Di media sosial, berbagai foto menunjukkan sekitar 20 rumah dibakar.
Myanmar Now melaporkan, tentara juga menembak mati seorang pendeta Kristen yang berusaha memadamkan api.
Sementara dari berita
The Global New Light of Myanmar, kematian pendeta tersebut masih diselidiki. Sebuah informasi juga menyebut tentara disergap oleh sekitar 100 "teroris" dan kedua belah pihak terlibat baku tembak.
Pemimpin masyarakat, Salai Thang, mengatakan pejuang milisi menyerbu sebuah pangkalan militer pada awal bulan ini, yang kemudian ditanggapi dengan serangan udara. Akibat serangan itu empat warga sipil tewas dan 15 lainnya terluka.
Ketegangan meningkat setelah Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) menyatakan pemberontakan pada 7 September dan membentuk kelompok militer milisi yang dikenal Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), yang anti-junta.
Kekacauan di Myanmar telah terjadi sejak 1 Februari, ketika militer menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Kudeta militer memicu kemarahan nasional yang mendorong aksi protes nasional.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: