Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rebutan Kursi CPTPP, China dan Taiwan Saling Kirim Serangan Verbal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 24 September 2021, 08:27 WIB
Rebutan Kursi CPTPP, China dan Taiwan Saling Kirim Serangan Verbal
CPTPP/Net
rmol news logo Pertengkaran antara China dan Taiwan semakin sengit setelah keduanya sama-sama bertarung untuk memperebutkan kursi Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).

Pada Rabu (22/9), Taiwan mengumumkan pihaknya telah mengajukan permohonan secara resmi untuk bergabung dengan CPTPP, hanya beberapa hari setelah China melakukan hal yang sama.

Tindakan Taiwan membuat China yang mengklaim pulau tersebut geram. Kementerian Luar Negeri China pada Kamis (23/9) memberikan tentangan hebat, sementara 24 pesawat militer Beijing dikerahkan ke zona pertahanan udara Taiwan.

Tidak tinggal diam. Kementerian Luar Negeri Taiwan pada Kamis malam memberikan reaksi, menyebut China tidak punya hak berbicara atas aplikasi Taiwan ke CPTPP.

"Pemerintah China hanya ingin menggertak Taiwan di komunitas internasional, dan merupakan penjahat utama dalam peningkatan permusuhan di Selat Taiwan," kata Kemlu Taiwan, seperti dikutip Reuters.

Kemlu Taiwan mengatakan, China bukan anggota CPTPP dan sistem perdagangannya dipertanyakan secara global lantaran tidak memenuhi syarat blok tersebut.

"Pola perilaku ini hanya bisa datang dari China," tambah mereka, merujuk pada pengiriman pesawat perang.

Dalam sebuah pernyataan yang juga dikeluarkan Kamis malam, Kantor Urusan Taiwan China mengatakan masuknya China ke CPTPP akan menguntungkan pemulihan ekonomi global pascapandemi.

Kantor itu menekankan, Beijing menentang Taiwan menggunakan perdagangan untuk terlibat dalam kegiatan dalam upaya memerdekakan diri.

"Kami berharap negara-negara terkait menangani hal-hal terkait Taiwan dengan tepat dan tidak memberikan kemudahan atau menyediakan platform untuk kegiatan kemerdekaan Taiwan," lanjutnya.

TPP yang ditandatangani 12 negara dipandang sebagai penyeimbang pengaruh ekonomi China di kawasan. Tetapi pada 2017, mantan Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian tersebut.

Setelahnya nama kemitraan berubah menjadi TPP, dan menyisakan Kanada, Australia, Brunei, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam sebagai anggota. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA