Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Setelah Meng Wanzhou Pulang, Mampukah AS Perlakukan China Sebagai Saingan Sengit Sekaligus Mitra yang Tak Terhindarkan?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 27 September 2021, 16:49 WIB
Setelah Meng Wanzhou Pulang, Mampukah AS Perlakukan China Sebagai Saingan Sengit Sekaligus Mitra yang Tak Terhindarkan?
Ilustrasi/Net
rmol news logo Tercapainya kesepakatan China dan AS terkait masalah hukum yang membelit Direktur Keuangan Senior Huawei Meng Wanzhou telah dipandang sebagai harapan untuk meredakan hubungan tegang antara Washington-Beijing.

Kembalinya Meng ke tanah airnya pada hari Sabtu dianggap sebagai bukti keberhasilan bertahap dari diplomasi China. Ini juga dianggap para ahli sebagai hasil perjuangan konsisten Beijing yang akhirnya membuat Kanada dan Washington mau berkompromi dalam masalah ini.

Bagi profesor di Sekolah Hubungan Internasional, Universitas Studi Internasional Beijing, Xu Liang, hal ini bisa memberikan beberapa pelajaran bagi AS untuk menghadapi hubungan dengan China.

"Pembebasan Meng mungkin menyisakan ruang bagi hubungan bilateral untuk mereda, tetapi jendela peluang ini tidak berarti pencairan total," kata Xu dalam opini yang dimuat di media China Global Times, Minggu (26/9).

"Hubungan bilateral akan terus menampilkan persaingan dan kerja sama, dengan beberapa perbaikan ringan diharapkan dalam jangka pendek," katanya.

AS, katanya, sangat membutuhkan kerja sama China untuk menghadapi tantangan global utama seperti terorisme, krisis keuangan global, dan perubahan iklim. Tetapi ketika menyangkut isu-isu seperti nilai-nilai dan model pembangunan, AS harus bersaing dengan China dan menang.

"Perhitungan angan-angan AS adalah ini: Ketika datang ke isu-isu global yang membutuhkan kerja sama China, China adalah mitra. Namun, ketika datang ke isu-isu yang berkaitan dengan kekuatan internasional, sistem sosial, dan jalur pembangunan yang tidak memenuhi harapan AS, China adalah saingannya," katanya.

Dalam perhitungan ini, kata Xu, AS sama sekali mengabaikan perasaan dan kepentingan nasional China. Ini benar-benar hegemonik.

Menurutnya saat ini tidak realistis dan tidak mungkin bagi Washington untuk mendominasi hubungan China-AS sedemikian rupa.

"China telah memainkan peran yang berpengaruh secara global dan memberikan kontribusi besar dalam pemerintahan global. AS tidak dapat lagi memandang China dan menuding China dengan cara yang merendahkan," katanya.

Xu mengingatkan, sebagai dua kekuatan besar yang bertanggung jawab atas dunia, sudah seharusnya China dan AS menghindari konfrontasi, terutama konfrontasi buatan manusia.

Pembebasan Meng membuat orang melihat beberapa harapan bahwa China dan AS dapat menghindari konflik. Tetapi China seharusnya tidak menggantungkan semua harapannya bahwa AS tidak akan lagi melakukan kejahatan berisiko tinggi, kata Xu.

"Meskipun demikian, bahkan jika AS bersikeras pada kebijakan penahanannya, pembangunan berkelanjutan China tidak dapat dihentikan," lanjutnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA