Pengumuman itu disampaikan oleh Saied pada Rabu (29/9), di tengah tekanan yang semakin meningkat setelah ia merebut kekuasaan.
Pada Juli, Saeid mengumumkan pemecatan perdana menteri, menangguhkan parlemen, dan merebut kekuasaan pemerintahanan. Banyak kritikus menyebut langkah Saied merupakan kudeta.
"Ini adalah momen bersejarah, sebuah kehormatan bagi Tunisia dan penghargaan untuk perempuan Tunisia. Kami akan berusaha dengan tekad yang kuat untuk memerangi korupsi dan melawan anarki yang merajalela di beberapa institusi," kata Saied, seperti dikutip
Sputnik.
Meski penujunjukkan telah dilakukan, Romdhane kemungkinan akan memiliki kekuatan yang lebih kecil daripada PM sebelumnya, lantaran dekrit yang dikeluarkan oleh Saied.
Bahkan Saied mengatakan dia akan mengusulkan kabinet dalam beberapa hari, yang seharusnya tugas pertama bagi perdana menteri.
Romdhane merupakan perempuan 63 tahun yang memegang gelar doktor di bidang geologi dan profesor pendidikan tinggi di Tunis National School of Engineering.
Sebelum diangkat menjadi perdana menteri, Romdhane menjabat sebagai Pejabat Pelaksana Program Bank Dunia di Kementerian Pendidikan Tinggi. Selain itu, dia dianggap tidak memiliki pengalaman pemerintah yang cukup.
Sementara itu, krisis politik Tunisia telah muncul setelah bertahun-tahun mengalami stagnasi, diperburuk oleh pandemi dan ketidakpastian politik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: