Presiden Georgia Salome Zourabichvili dalam pidato tertulisnya, pada Jumat (1/10) waktu setempat, mengatakan bahwa informasi-informasi yang beredar berpotensi menyulut kerusuhan. Diduga ada banyak yang menentang penahanan Saakashvili.
Menurutnya, sSaat ini negara membutuhkan suasana yang tenang agar pemilihan besok (sabtu 2 Oktober 2021) bisa berjalan baik, terbuka, adil, dan bebas.
"Apakah itu benar atau salah (tentang kedatangan Saakashvili di Georgia) tetapi masalah ini telah membuyarkan ketenangan suasana menjelang pemilihan umum. Ini memanaskan suasana pada masyarakat yang memang sudah lelah," katanya, seeperti dikutip dari
Euro News.
Mereka yang dengan sengaja membesar-besarkan informasi tentang kedatangan dan penangkapan Saakashvili sebenarnya sedang mempersiapkan sesuatu, bukan untuk pemilihan, tetapi untuk aksi protes yang diperkirakan akan berlangsung setelah pemilihan yaitu tanggal 3 Oktober, menurut Zourabichvili.
Zourabichvili berharap pemerintah bisa mengendalikan situasi ini dan memastikan bahwa negara berada dalam situasi yang stabil.
Saakashvili pulang kembali ke tanah air setelah pengasingannya di Ukraina selama delapan tahun.
Saakashvili menjabat sebagai Presiden Georgia dari Januari 2004 hingga November 2013. Pada 2013, ia meninggalkan negara itu beberapa hari sebelum berakhirnya masa jabatan presidennya karena pergolakan politik yang menyerangnya.
Setelah lari ke Ukraina itu, Saakashvili digugat dengan empat kasus pidana. Pada Januari 2018, Pengadilan Kota Tbilisi menghukum Saakashvili secara in absentia dengan hukuman tiga tahun penjara atas pembunuhan tahun 2006 terhadap Sandro Girgvliani, seorang karyawan Georgian United Bank.
Pada Juni 2018, pengadilan memvonisnya enam tahun penjara atas serangan 2005 terhadap anggota parlemen Valery Gelashvili.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: