Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Gunakan Kontrak Utang Rahasia untuk Menjebak Negara Peminjam, Totalnya Mencapai 385 Miliar Dolar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 03 Oktober 2021, 11:36 WIB
China Gunakan Kontrak Utang Rahasia untuk Menjebak Negara Peminjam, Totalnya Mencapai 385 Miliar Dolar
Presiden China Xi Jinping/Net
rmol news logo Sebuah studi yang dilakukan oleh Aid Data menunjukkan China telah memberikan pinjaman utang rahasia ke banyak negara, khususnya mereka yang memiliki penjanjian proyek Belt and Road Initiatives (BRI) dengan Beijing.

Mengutip studi tersebut, Radio Free Asia menyebut total pinjaman rahasia China mencapai setidaknya 385 miliar dolar AS. Pinjaman itu lolos dari pengawasan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Beban utang China secara substansial lebih besar daripada yang diperkirakan lembaga penelitian, lembaga pemeringkat kredit, atau organisasi antar pemerintah dengan tanggung jawab pengawasan," kata studi tersebut.

Pinjaman rahasia itu disebabkan banyaknya kesepakatan yang terjadi secara tidak langsung dengan pemerintah melalui bank sentral, tetapi melalui pengaturan yang sering tidak jelas sehingga dikategorikan sebagai "beban utang disimpan dari neraca publik".

Studi ini juga menambahkan bahwa hampir 70 persen dari pinjaman luar negeri China sekarang diarahkan ke perusahaan milik negara, bank milik negara, kendaraan tujuan khusus, usaha patungan, dan lembaga sektor swasta di negara penerima, daripada peminjam berdaulat yang merupakan pusat lembaga pemerintah.

Di samping itu, Beijing menggunakan klausul kerahasiaan yang melarang peminjam mengungkapkan syarat dan ketentuan kesepakatan, atau bahkan keberadaan utang itu sendiri.

Studi itu menyimpulkan, kontrak pinjaman rahasia ini digunakan oleh China untuk skema "debt trap" atau jebakan utang kepada para peminjam.

Studi dilakukan dengan kerjasama International Forum for Right and Security (IFFRAS), Peterson Institute for International Economics, Kiel Institute for the World Economy, dan Center for Global Development & Aid Data. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA