Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rencana Di Balik Kepulangan Mantan Presiden Saakashvili ke Georgia: Lakukan Kudeta dan Membunuh Tokoh Oposisi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 04 Oktober 2021, 07:54 WIB
Rencana Di Balik Kepulangan Mantan Presiden Saakashvili ke Georgia: Lakukan Kudeta dan Membunuh Tokoh Oposisi
Mantan Presiden Georgia Mikhail Saakashvili/Net
rmol news logo Kepulangan Mantan Presiden Mikheil Saakashvili ke tanah airnya menjelang pemilihan Georgia bukan sekedar untuk mengerahkan dukungan suara. Lebih dari itu, Saakashvili memiliki rencana untuk melakukan kudeta, bahkan, kemungkinan  lakukan pembunuhan untuk beberapa tokoh oposisi

Klaim mengejutkan itu disampaikan Perdana Menteri Georgia Irakli Garibashvili pada Minggu (3/10) waktu setempat.

Mengutip data intelijen yang diperoleh oleh dinas rahasia Georgia, Garibashvili menuding mantan presiden itu merencanakan pembunuhan tokoh-tokoh oposisi Georgia dalam protes massal yang dijadwalkan sehari setelah kepulangannya yang tiba-tiba ke negara itu.

“Selama puncak dan mobilisasi sekitar 10.000 orang, bahkan mungkin lebih, polisi harus bergerak untuk menahan Saakashvili dan mungkin menggunakan peralatan khusus,” kata Garibashvili, seperti dikutip dari RT.

Dalam wawancaranya dengan televisi lokal, Imedi TV, ia bersumpah bahwa mantan presiden itu tidak akan lolos dari hukuman penjara.

Menurut perdana menteri, salah satu skenario yang direncanakan Saakashvili dan kelompoknya adalah membunuh lawan-lawannya.

"Pembunuhan itu kemudian akan digunakan untuk mendelegitimasi kepemimpinan kita dan mengamankan dukungan asing," kata Garibashvili.

“Setelah itu, mereka akan menuntut pemerintah mundur dan pemilihan luar biasa diadakan,” tambahnya.

Rencana Saakashvili untuk menggelar protes massal pada hari Sabtu gagal, karena dia ditangkap pada hari Jumat tak lama setelah ia menjejakkan kakinya lagi di tanah airnya.

Polisi Georgia segera menahannya, menuduhnya memasuki negara itu secara ilegal.

Lebih buruk lagi bagi tokoh 'pembaru pro-Barat' itu harus menerima kenyataan bahwa dia telah dijatuhi hukuman enam tahun penjara secara in absentia, pada saat ia meninggalkan Georgia dan bersembunyi di pengasingannya di Ukraina.

Saakashvili menjadi subjek dari beberapa kasus kriminal, ia didakwa dengan penyalahgunaan kekuasaan, terutama sehubungan dengan tindakan keras terhadap oposisi selama pemerintahannya.

Saakashvili kehilangan kewarganegaraan Georgianya ketika ia diberikan kewarganegaraan Ukraina untuk menjabat sebagai gubernur wilayah Odessa di bawah Presiden Petro Poroshenko saat itu. Namun, pada hari Minggu, Garibashvili mengesampingkan kemungkinan mantan pemimpin itu kembali ke Ukraina sebelum menjalani hukuman penjara di Georgia.

“Kita berbicara tentang seorang pria yang telah menjadi presiden selama sembilan tahun. Ini adalah bencana dan penghinaan, yang mana pria ini secara sukarela melepaskan kewarganegaraan negara kita," kata PM.

"Jika dia ingin kembali ke Ukraina, dia harus menjalani hukumannya terlebih dulu di sini, dan kemudian dia akan bisa pergi ke mana pun dia mau," katanya.

Sebelumnya pada hari itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dia telah bekerja tanpa henti untuk mengembalikan warga Ukraina yang mendapat masalah di luar negeri, menambahkan bahwa Saakashvili �" yang juga memegang jabatan senior di dewan reformasi nasional Ukraina �" akan mendapatkan hal yang sama.

“Saya harus menganggapnya sebagai warga negara Ukraina. Dan mengapa dia melakukan itu. Yah, ada pemilihan lokal (di Georgia), dia mungkin berpikir itu adalah langkah politik,” kata Zelensky, sambil mengkritik keputusan Saakashvili untuk pulang ke tanah air.

“Saya tidak tahu tentang keputusan ini sebelumnya. Saya pikir itu salah, karena dia memegang jabatan pemerintah," ujarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA