Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pandora Papers: Raja Yordania Diam-diam Beli Banyak Rumah Mewah di Amerika dan Inggris Usai Arab Spring

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 04 Oktober 2021, 10:28 WIB
Pandora Papers: Raja Yordania Diam-diam Beli Banyak Rumah Mewah di Amerika dan Inggris Usai Arab Spring
Raja Abdullah II dari Yordania/AP
rmol news logo Raja Yordania Abdullah II secara diam-diam telah menghabiskan lebih dari 100 juta dolar AS atau setara dengan Rp 1,4 triliun untuk membeli properti mewah di Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hal itu diungkap dalam dokumen Pandora Papers yang dirilis oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) baru-baru ini.

Dalam dokumen yang bocor, Raja Abdullah II mengumpulkan properti mewah, termasuk 14 rumah yang tersebar di Malibu, California, dan Washington, hingga pusat kota London dan Ascot.

Pembelian dilakukan antara tahun 2003 hingga 2017. Tetapi sebagian besar dibeli setelah Arab Spring pada 2011.

Di AS, Raja Abdullah II memiliki tiga rumah tepi pantai yang bersebelahan dengan daerah elit di dekat Los Angeles. Salah satunya adalah rumah tujuh kamar tidur di tebing yang menghadap ke Samudra Pasifik. Properti itu dibeli pada tahun 2014 seharga 33,5 juta dolar AS.

"Yordania tidak memiliki uang sebanyak monarki Timur Tengah lainnya, seperti Arab Saudi, harus mengizinkan seorang raja untuk memamerkan kekayaannya," kata Annelle Sheline dari Institut Quincy.

"Jika raja Yordania menunjukkan kekayaannya secara lebih terbuka, itu tidak hanya akan memusuhi rakyatnya, itu akan membuat para donor Barat yang telah memberinya uang juga kesal," tambahnya.

ICIJ menyebut, properti-properti itu dibeli secara rahasia menggunakan perusahaan cangkang yang tergabung dalam British Virgin Islands (BVI) untuk menyamarkan kepemilikan raja.

Pengacara Raja Abdullah II telah menanggapi dokumen yang bocor. Ia menyebut, meskipun menggunakan surga pajak, raja menggunakan kekayaan pribadinya untuk membeli rumah dan  tidak ada dana publik yang pernah digunakan untuk pembelian tersebut.

"Yang Mulia sama sekali tidak menyalahgunakan uang publik atau menggunakan apa pun dari hasil bantuan atau bantuan yang dimaksudkan untuk kepentingan umum," kata pengacara, dalam sebuah pernyataan kepada ICIJ.

"Yang Mulia sangat peduli pada Yordania dan rakyatnya dan bertindak dengan integritas dan demi kepentingan terbaik negaranya dan warganya setiap saat," sambungnya.

Menurut The Guardian, pihak berwenang berusaha untuk memblokir situs ICIJ di Yordania pada Minggu (3/10), beberapa jam sebelum Pandora Papers diluncurkan.

Kekayaan Raja Abdullah II memang kerap menjadi pertanyaan. Pertanyaan itu semakin membuncah ketika pada awal tahun ini, terjadi keretakan di keluarga penguasa Yordania itu.

Mantan putra mahkota Hamzah bin Hussein yang dicintai rakyat mengkritik sistem pemerintahan yang dinilainya lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan penuh korup.

Menimbun Kekayaan Ketika Pengangguran Membludak

Pada 2019, tingkat pengangguran di Yordania mencapai 18,6 persen. Saat ini, angka pengangguran disebut telah mencapai 25 persen karena ekonomi Yordania yang terus menghadapi defisit kronis.

Yordania hampir tidak memiliki sumber daya minyak dan hanya memiliki cadangan air yang sangat sedikit. Dengan demikian, kerajaan bergantung pada bantuan asing.

Tahun lalu, AS memberikan 1,5 miliar dolar AS untuk Yordania. Selain itu, pemerintah Inggris adalah pendukung keuangan utama lainnya, menggandakan pendanaannya menjadi 880 juta dolar AS selama lima tahun pada 2019. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA