Mereka adalah anggota parlemen Abdellatif al-Alaoui dan presenter Zitouna TV, Amer Ayad.
Pada program Hassad 24 baru-baru ini, Alaoui dan Ayad mengkritik keputusan Saied yang menunjuk Najla Bouden sebagai perdana menteri perempuan pertama di Tunisia. Mereka menyebut Bouden hanya akan menjadi "pelayan sultan".
Ketika itu, Ayad berspekulasi bahwa Saied tidak dapat menemukan orang untuk mengisi jabatan perdana menteri. Sementara Alaoui secara terang-terangan menyebut tindakan Saied sebagai "kudeta".
Pengacara mereka, Samir Ben Omar, mengatakan keduanya ditahan atas tuduhan berkomplot melawan keamanan negara.
"Keduanya ditangkap atas permintaan pengadilan militer untuk mengekspresikan pendapat mereka sendiri selama siaran," ujarnya, seperti dimuat
Middle East Eye.
Alaoui adalah anggota partai ultrakonservatif Islamis-nasionalis al-Karama, sekutu Ennahdha, partai terbesar di legislatif Tunisia yang sangat terfragmentasi.
Sedangkan Zitouna TV dianggap dekat dengan al-Karama dan Ennahdha, keduanya penentang presiden.
Pada Juli, Saied memecat perdana menteri, menangguhkan parlemen, dan mengambil alih kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang lebih luas.
Sejak itu, Saied menindaklanjuti dengan langkah-langkah yang secara efektif memungkinkan dia untuk memerintah dengan dekrit.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: