Kedatangan vaksin yang belum mendapatkan izin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu diumumkan Presiden Nicolas Maduro dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
"Hari ini, 900.000 Abdala telah tiba di Venezuela," kata Maduro di sebuah tindakan yang disiarkan oleh saluran negara Venezolana de Televisión (VTV), seperti dikutip dari
Swissinfo, Selasa (4/10).
"Saya ingin berterima kasih kepada Presiden Miguel Diaz-Canel, dari Kuba, yang telah mengirimkan 900.000 vaksin Abdala ini ke Venezuela sebagai bagian dari rencana untuk membawa tidak kurang dari 15 juta vaksin dari Kuba," lanjutnya.
Perkembangan tersebut mengikuti pengumuman presiden bahwa lembaga pendidikan akan dibuka kembali dengan kehadiran fisik di semua tingkatan mulai 25 Oktober mendatang.
Dia mengutip fakta bahwa negara itu akan menerima tidak kurang dari 15 juta dosis untuk memvaksinasi lima juta warganya, karena Abdallah diberikan dalam tiga dosis.
Pengiriman vaksin dari Kuba dilakukan di tengah kritikan Akademi Kedokteran Nasional Venezuela yang pada Senin pekan lalu menyatakan keprihatinan atas penggunaan vaksin virus corona Abdala Kuba, merujuk pada kurangnya penelitian ilmiah tentang keamanan dan kemanjurannya.
"Abdala belum disetujui oleh WHO atau badan pengatur internasional mana pun," kata mereka, seperti dikutip dari Reuters.
Pemerintah Venezuela sebelumnya mengandalkan vaksin Sputnik V Rusia dan Sinopharm China, dan dalam beberapa bulan terakhir menerima pengiriman dosis pertamanya melalui program COVAX global.
Sejauh ini Caracas telah melaporkan sekitar 5.000 kematian akibat Covid-19, meski jumlah sebenarnya diyakini lebih dari itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: