Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Ujicoba Robot Mata-Mata Serupa Ikan Pari Mantra di Laut China Selatan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 05 Oktober 2021, 02:32 WIB
rmol news logo Bukan China namanya jika tanpa perkembangan teknologi militer yang mutakhir. Akhir September lalu, sejumlah peneliti top dari universitas di China yang terkait militer telah menyelesaikan tes laut terbuka pertama di Kepulauan Paracel yang masuk ke dalam kawasan Laut China Selatan yang disengketakan.

Tidak main-main, mereka dikabarkan melakukan tes dari robot bionik atau biomimetika yang terlihat dan bisa berenang dengan bentuk seperti ikan jenis pari manta.

Media Radio Free Asia (RFA), mengutip media China Daily yang dikelola pemerintah China, memuat kabar dari tim peneliti dan pengembang dari Northwestern Polytechnical University (NWPU) di Xi'an yang mengatakan bahwa robot ini adalah kendaraan bawah air tak berawak bionik (UUV) pertama di dunia yang mencapai penyelaman lebih dari 1.000 meter di laut terbuka. Robot bionik ini juga bisa melakukan sejumlah manuver seperti meluncur dan mengepakkan sirip propulsi.

Mereka menilai bahwa robot bionik ini akan bisa memainkan peran penting dalam perlindungan lingkungan laut.

Menanggapi perkembangan itu, Profesor Alexandre Vuving di Pusat Studi Keamanan Asia-Pasifik (APCSS), yakni sebuah lembaga Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang berbasis di Hawaii, mengatakan bahwa robot bionik ini akan memperkuat militer China.

“China akan menggunakan robot biomimetik ini untuk tujuan militer. Ini konsisten dengan strategi fusi militer-sipil mereka," ujarnya.

Fusi militer-sipil adalah strategi nasional yang bertujuan untuk mengembangkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China melalui mendorong investasi dan teknologi dari sektor swasta dan institusi akademis.

Robot ikan pari mantra mata-mata


Sebuah klip video yang diterbitkan oleh kantor berita Xinhua pada awal September menunjukkan para peneliti melepaskan "pari manta" berwarna kuning cerah dari sebuah kapal ke perairan pulau Paracel di Laut China Selatan.

Bentuknya serupa ikan hidup, dengan tubuh rata, dua sirip besar dan kepala lebar.

Detail mengenai robot itu masih samar, namun prototipe robot lunak bionik baru seberat 470 kilogram dengan lebar sirip tiga meter dan dapat menyelam hingga kedalaman 1.025 meter itu cukup menyita perhatian publik dunia.

Terinspirasi oleh pari manta, salah satu perenang paling efisien di alam, robot ini digambarkan oleh peneliti dan pengembang memiliki efisiensi propulsi tinggi, kemampuan manuver tinggi, stabilitas tinggi, gangguan lingkungan rendah, kebisingan rendah, kapasitas beban besar, dan pendaratan lunak di dasar laut.

Tim dari NWPU telah mengerjakan proyek ini sejak 2016. Setelah mengembangkan beberapa prototipe, mereka mengklaim telah mencapai banyak tahapan hingga saatini muncul dengam robot bionik dengan hampir tidak ada perbedaan dengan pari manta asli.

Robot tersebut diduga dapat bekerja terus menerus selama berminggu-minggu dan dilengkapi dengan sensor untuk deteksi visual dan suara.

Bukan hanya itu, robot ini juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan ikan lain di laut, sehingga menjadi hampir tidak mudah untuk terdeteksi. Spesifikasi ini pula lah yang membuatnya ideal untuk pekerjaan pengawasan dan mata-mata.

Kepala proyek robot pari manta ini adalah Dr. Pan Guang. Dia merupakan dekan Sekolah Sains dan Teknologi Kelautan NWPU.

Menurut analis pertahanan Rusia Vasily Kashin, pemerintah China telah memprioritaskan pengembangan UUV semacam itu untuk penggunaan sipil dan militer.

“Mereka bisa digunakan baik untuk mengamati lingkungan maupun berburu kapal selam,” katanya.

NWPU yang kontroversial

NWPU terdaftar oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat sebagai "universitas militer China yang sangat terlibat dalam penelitian militer dan bekerja sama dengan PLA untuk kemajuan kemampuan militernya".

Bukan hanya itu, NWPU juga merupakan satu di antara tujuh universitas terkemuka China dengan akar yang dalam di industri militer dan pertahanan. Bahkan pada laporan yang diterbitkan tahun 2019, Australian Strategic Policy Institute menjulukinya sebagai "Seven Sons of National Defense".

Laporan tersebut, berdasarkan database yang didanai oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, mengkategorikan kolaborasi tujuh lembaga pendidikan itu dengan PLA dan badan keamanan China.

Selain NWPU, lembaga penddidikan lain yang masuk ke dalam daftar tersebut adalah Institut Teknologi Beijing dan Universitas Teknik Harbin.

Masih merujuk pada laporan yang sama, diketahui bahwa lebih dari 40 persen lulusan NWPU tahun 2017 atau 2018 kemudian bekerja di sistem pertahanan China. Laporan itu juga menetapkan NWPU sebagai “berisiko sangat tinggi” untuk hubungan pertahanannya. NWPU juga masuk ke dalam daftar hitam ekspor Departemen Perdagangan Amerika Serikat.

Militer China semakin sulit ditandingi?

Menurut Sharkey dari Universitas Sheffield, robot pari manta buatan Chin itu pasti bisa digunakan untuk mengawasi apa yang terjadi di laut di sekitarnya dan mungkin di atasnya dan mengumpulkan informasi intelijen.

"Akan berguna untuk mengetahui apakah itu beroperasi dengan tenang, itu akan membuatnya sangat berguna," jelasnya kepada RFA.

Senada dengan Sharkey, Vuving dari APCSS menjelaskan bahwa yang terburu, robot itu bisa digunakan untuk sabotase.

“Mengingat kemampuan robot, itu dapat digunakan untuk pengumpulan intel, dan bahkan tujuan sabotase," ujarnya.

Sebenarnya biomimetika atau mekanisme dan sistem yang dibuat oleh manusia dengan jalan meniru desain dan sistem yang terdapat di alam, terutama untuk bidang-bidang robotika, adalah tren yang berkembang di seluruh dunia.

Sementara itu, dipilihnya desain serupa ikan pari mantra adalah karena karakteristik alaminya yang telah menjadi subjek imitasi di sejumlah proyek seperti program Manta Ray dari Badan Penelitian Lanjutan Pertahanan Amerika Serikat (DARPA), Raydrive dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dan MantaDroid dari ilmuwan Singapura.

Tidak jelas berapa banyak dana yang telah dihabiskan untuk pengembangan UUV pari manta China. Tetapi proyek tersebut tampaknya telah mencapai tahap yang lebih maju daripada rekan-rekannya.

Merujuk pada laporan Xinhua, robot ikan pari mantra itu telah digunakan untuk mengamati lingkungan laut di terumbu karang utama di Paracel, atau disebut China Xisha. Pulau-pulau tersebut berada di bawah kendali China tetapi juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam di kawasan Laut China Selatan.

Kemampuan pengintaian bawah laut yang sembunyi-sembunyi akan menjadi perhatian utama Vietnam yang memiliki armada kapal selam terbesar di Asia Tenggara. Hanoi telah berulang kali mengecam kegiatan China di daerah tersebut tetapi belum menanggapi perkembangan baru tersebut.

“Vietnam mengamati dengan cermat apa yang dilakukan China di Laut China Selatan. Tetapi saya tidak yakin tentang kesimpulan kolektif apa yang akan diambil Vietnam dari ini, ” kata Vuving.

Kekhawatiran lain yang diangkat oleh pakar kecerdasan buatan (AI) dan robotika adalah mempersenjatai drone dengan sistem senjata otonom tetapi menurut Sharkey, "pari manta" China belum mencapai tahap itu.

"Saya tidak bisa membayangkan itu dipersenjatai seperti yang ada," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA