Dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan bahwa Erdogan telah berulang kali mengakui bahwa Suriah adalah negara merdeka dan bahwa Turki akan sepenuhnya menghormati kedaulatan dan integritas teritorialnya.
"Itu sebabnya, dalam konteks penyelesaian akhir mengenai keamanan dan stabilitas di Suriah, kami akan melanjutkan dari fakta bahwa Turki akan tetap pada posisi ini," kata Lavrov seperti dikutip dari
TASS.
Komentar itu menyusul pernyataan Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin yang mengatakan bahwa Turki memiliki hak yang sama untuk ikut berpartisipasi soal Suriah seperti Rusia dan Amerika Serikat.
Pada Senin (4/10), kedua diplomat top itu membahas penarikan semua angkatan bersenjata asing dari Libya.
“Kami menyinggung masalah penarikan semua kelompok bersenjata dan unit militer non-Libya dari negara. Kami memiliki posisi yang jelas: langkah-langkah ini harus diambil secara bertahap dan harus disinkronkan pada waktunya untuk menghindari risiko pelanggaran," kata Lavrov.
Dibahas juga mengenai persiapan pemilihan nasional Libya yang dijadwalkan pada 24 Desember. Rusia dan Meir diperlukan kekuatan". Para diplomat top juga menegaskan peran penting Misi Dukungan PBB di Libya.
Berbicara tentang kehadiran bersenjata asing di Suriah, Lavrov mengingat Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, yang menegaskan kembali kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Suriah.
"Berdasarkan resolusi ini, hanya angkatan bersenjata yang diundang oleh pemerintah sah Suriah, yang merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang berhak hadir di negara itu. Tentu saja, itu berlaku untuk unit AS," kata Lavrov.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: