Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Xi Jinping Bersumpah Wujudkan Penyatuan Kembali China dan Taiwan Sesuai Sejarahnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 09 Oktober 2021, 15:49 WIB
Xi Jinping Bersumpah Wujudkan Penyatuan Kembali China dan Taiwan Sesuai Sejarahnya
Presiden China, Xi Jinping/Net
rmol news logo Tanpa menyebut penggunaan kekuatan apa pun dan terkesan lebih lembut, Presiden Xi Jinping dalam pidatonya pada Sabtu (9/10) kembali menggemakan janjinya untuk mewujudkan ‘penyatuan kembali’ China dengan Taiwan.

Pernyataan itu muncul sepekan setelah ketegangan Beijing dengan pulau yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri itu memicu kekhawatiran internasional.

Berbicara di Balai Besar Rakyat Beijing pada peringatan revolusi yang menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir pada tahun 1911, Xi mengatakan orang-orang China memiliki tradisi mulia dalam menentang separatisme.

“Separatisme kemerdekaan Taiwan adalah hambatan terbesar untuk mencapai penyatuan kembali tanah air, dan bahaya tersembunyi paling serius bagi peremajaan nasional,” katanya, seperti dikutip dari Reuters.

Xi mengatakan reunifikasi yang damai paling sesuai dengan kepentingan keseluruhan rakyat Taiwan, tetapi China akan melindungi kedaulatan dan persatuannya.

“Tidak ada yang boleh meremehkan tekad teguh, kemauan keras, dan kemampuan kuat rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata Xi.

“Tugas sejarah penyatuan kembali ibu pertiwi harus dipenuhi, dan pasti akan dipenuhi,” lanjutnya.

Kali ini Xi menyerang sedikit lebih lembut jika dibandingkan dengan pidatonya pada pada bulan Juli, pidato utama terakhirnya menyebutkan Taiwan, di mana dia bersumpah untuk menghancurkan setiap upaya kemerdekaan formal. Pada 2019, ia bahkan secara langsung mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendali Beijing.

Namun, pidato itu diterima dengan buruk di Taiwan.

Kantor kepresidenan mengatakan mereka adalah negara merdeka yang berdaulat, bukan bagian dari Republik Rakyat China, dan dengan jelas menolak tawaran China untuk "satu negara, dua sistem" untuk memerintah pulau itu.

“Masa depan bangsa ada di tangan rakyat Taiwan,” kata kantor itu.

Dalam pernyataan terpisah, Dewan Urusan Daratan Taiwan yang membuat kebijakan China meminta Beijing untuk meninggalkan langkah-langkah intrusi, pelecehan, dan penghancurannya yang provokatif dan kembali ke pembicaraan.

Ketegangan antara China dan Taiwan memanas pekan ini, setelah angkatan udara China melakukan serangan empat hari berturut-turut ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan mulai 1 Oktober, yang melibatkan hampir 150 pesawat, meskipun misi tersebut telah berakhir. Xi tidak menyebutkan penerbangan itu dalam pidatonya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA