Hal itu diungkap oleh seorang jenderal Rusia, Laksamana Muda Vadim Kulit kepada
Sputnik pada Kamis (14/10).
Pada Rabu malam (13/10), jet F-16 Israel melakukan serangan udara terhadap Suriah yang menegaskan sembilan pejuang pro-pemerintah, empat di antaranya warga Suriah, sementara lima lainnya belum diketahui.
"Pimpinan militer Suriah memutuskan untuk tidak menggunakan sistem pertahanan udara karena pada saat serangan Israel, dua pesawat penumpang sipil berada di zona penghancuran sistem anti-pesawat," jelas Kulit.
Ini bukan kali pertama Rusia menduga Israel menggunakan pesawat sipil sebagai perisai terhadap pertahanan udara Suriah.
Pada 2018, militer Suriah menembak jatuh pesawat mata-mata Rusia saat menanggapi serangan udara Israel. Rusia kemudian menyalahkan Israel atas insiden yang menewaskan 15 awaknya itu. Moskow menyebut Angkatan Udara Israel menggunakan pesawat Rusia sebagai perlindungan.
Sementara itu, militer Israel dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Namun demikian, insiden itu menyebabkan pertengkaran diplomatik besar antara Moskow dan Yerusalem.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan Israel pada Rabu malam di dekat Palmyra menargetkan beberapa posisi Iran, termasuk menara komunikasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: