Dari laporan
The Financial Times yang dikutip Minggu (17/10), uji coba dilakukan pada Agustus. Tes itu menunjukkan China memiliki kemampuan luar angkasa canggih yang mengejutkan intelijen Amerika Serikat (AS).
Itu lantaran China meluncurkan roket yang membawa kendaraan luncur hipersonik terbang melalui ruang orbit rendah, sebelum meluncur menuju sasarannya.
"Itu meleset dari target sekitar dua lusin mil, tetapi menunjukkan kemajuan luar biasa China pada senjata hipersonik," tulis
The Financial Times mengutip lima sumber.
AS, Rusia, dan China telah berlomba mengerjakan senjata hipersonik. Pada Juli, Rusia telah menguji coba satu rudalnya. Sementara AS berencana untuk melengkapi semua kapal perusak Angkatan Lautnya dengan rudal hipersonik yang lima kali lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Itu membuat mereka lebih lambat daripada beberapa rudal balistik yang ada. Tetapi tidak seperti teknologi yang lebih tua, rudal hipersonik dapat dikendalikan setelah diluncurkan, membuatnya lebih mudah untuk menghindari sistem pertahanan.
“Kami telah memperjelas kekhawatiran kami tentang kemampuan militer yang terus dikejar China, kemampuan yang hanya meningkatkan ketegangan di kawasan dan sekitarnya,†kata jurubicara Departemen Pertahanan John Kirby kepada
The Financial Times.
“Itulah salah satu alasan mengapa kami menganggap China sebagai tantangan langkah nomor satu," tambahnya.
Sementara itu, jurubicara Kedutaan Besar China di London Liu Pengyu mengatakan kebijakan militer negara itu hanya bersifat defensif.
“Kami tidak memiliki strategi global dan rencana operasi militer seperti yang dilakukan AS. Dan kami sama sekali tidak tertarik untuk melakukan perlombaan senjata dengan negara lain," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: