Jajak pendapat yang diluncurkan Pearson Institute for the Study and Resolution of Global Conflicts dan Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research pada 8 Oktober lalu, menguraikan bahwa penyebaran disinformasi bukan berasal dari 'pabrik troll Rusia', propaganda RT atau pasukan siber China. Namun, justru dari politisi Amerika sendiri beserta, perusahaan IT, dan pengguna jejaring sosial.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menegaskan, ketika Barat meramai-ramai menuding bahwa propaganda Rusia dan peretas menjadi ancaman bagi Amerika, sebenarnya mereka salah besar.
Ia kemudian mengingatkan lagi isi dari jajak pendapat itu, yang memaparkan bahwa hampir setengah dari responden, sekitar 48 persen, orang Amerika yakin bahwa pemerintah AS bertanggung jawab atas publikasi disinformasi yang disengaja.
"Jadi, ancaman terhadap demokrasi Amerika tidak datang dari, seperti yang mereka katakan hari ini, rezim otoriter. Tetapi dari ketidakpercayaan warga Amerika sendiri terhadap apa yang dikatakan oleh elit politik dan perusahaan informasi global-monopoli AS," tulis Zakharova di saluran Telegramnya pada Minggu (17/10), seperti dikutip dari
TASS.
Ini menghancurkan seluruh dasar konseptual yang menjadi sandaran Russophobia Barat, menurutnya.
Penurunan kepercayaan merupakan sinyal yang mengkhawatirkan bagi otoritas AS. Zakharova menekankan agar politikus AS jangan lagi menggunakan dalih "peretas Kremlin".
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: