Aksi yang berlangsung pada Minggu (17/10) terjadi di tengah upaya pemerintah Polandia menahan laju migran yang semakin membludak dan krisis migran di perbatasan Polandia dengan Belarusia semakin mengkhawatirkan.
Para pengungsi banyak yang berasal dari Timur Tengah dan beberapa negara lainnya. Mereka berupaya memasuki Eropa melalui jalur Belarusia, dan itu berarti membawa dampak yang sangat serius di perbatasan Belarusia dan Polandia.
Pemerintah Polandia telah memperkenalkan langkah-langkah keras untuk membendung aliran migran ilegal yang menyusup ke negara itu.
Namun, tindakan itu dianggap tidak berperikemanusiaan oleh warga mereka sendiri.
Di ibukota, Warsawa, para demonstran meneriakkan "hentikan penyiksaan di perbatasan" saat mereka berkumpul di depan Sejm, majelis rendah parlemen, seperti dilaporkan
Euro News.
Peserta demonstrasi menyerukan diakhirinya deportasi dan menuduh pemerintah menggunakan kekerasan yang lebih di sepanjang perbatasan Polandia dengan Belarus.
Aksi serupa ini juga pernah terjadi beberapa waktu lalu di mana para demonstran mengikat diri mereka di kawat berduri sebagai aki protes karena pemerintah melarang pengungsi ilegal masuk Polandia.
Ini menjadikan pemerintah berada di posisi yang sulit. Di satu sisi mereka harus menahan laju migran ilegal yang semakin tidak terbendung dan menciptakan krisis di perbatasan, di sisi lainnya mereka dihadang dengah undang-undang hak asasi manusia.
Warsawa telah mengumumkan keadaan darurat di perbatasan dengan Belarus dan sedang membangun pagar perbatasan berduri setinggi 2,5 meter secara permanen karena krisis terbaru yang terlihat di sana.
Tentara Polandia terus mengerjakan pagar perbatasan kawat berduri sepanjang 2,5 meter yang Warsawa ingin secara permanen membentengi perbatasan dengan Belarus.
Polandia juga menghadapi kritikan dari negara Eropa lainnya. Pihak berwenang Jerman telah mengeluhkan membanjirnya migran ilegal melalui "rute Belarusia", memperkirakan bahwa arus migran yang tiba melalui Polandia dan Belarusia telah melonjak dengan lebih dari 4.300 pendatang ilegal ke negara itu sejak Agustus.
Mereka mengatakan sebagian besar migran tidak berdokumen yang tiba melalui 'rute Belarusia' berasal dari Irak, Suriah, Yaman, dan Iran.
Menteri Dalam Negeri Mariusz Kaminski mengatakan negara itu membutuhkan "penghalang yang kokoh dan tinggi yang dilengkapi dengan sistem pengawasan dan detektor gerakan."
Parlemen Polandia pekan lalu juga mengamandemen undang-undang yang mengizinkan komandan unit penjaga perbatasan lokal untuk mengusir orang yang memasuki negara itu secara ilegal.
Namun, Organisasi pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mengatakan tindakan itu merusak hak dasar orang untuk mendapatkan suaka dan bertentangan dengan Konvensi Pengungsi PBB.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: