Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Beijing: Tidak Ada Negara yang Harus Melawan Pasukan China Jika Mereka Tidak Mengancam Kedaulatannya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 20 Oktober 2021, 06:41 WIB
Beijing: Tidak Ada Negara yang Harus Melawan Pasukan China Jika Mereka Tidak Mengancam Kedaulatannya
Ilustrasi/Net
rmol news logo Pernyataan kekhawatiran Washington yang disampaikan seorang diplomat AS soal uji coba rudal hipersonik China pada Agustus lalu dianggap berlebihan oleh pihak Beijing.

Dalam tanggapannya, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwat AS sengaja mengembuskan isu tentang teknologi hipersonik China untuk membenarkan ekspansi militernya sendiri dan melanjutkan hegemoninya.

"Beijing dengan tegas menentang AS yang terus membesar-besarkan 'teori ancaman China'," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, dalam konferensi persnya, Selasa (19/10).

Dia menyatakan bahwa satu-satunya kepentingan Beijing adalah membela diri, dan mengklaim tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun.

“Pengembangan kemampuan militer yang diperlukan China sepenuhnya untuk melindungi kepentingan keamanan nasionalnya yang sah. Pertumbuhan kekuatan China adalah pertumbuhan kekuatan damai,” katanya, seperti dikutip dari Russian Today.

Tidak ada negara yang harus melawan pasukan China jika mereka tidak mengancam kedaulatan Beijing, menurutnya.

Histeria baru-baru ini atas peluncuran roket hipersonik China hanyalah upaya AS untuk mencari alasan lain dalam memperluas kekuatan militernya dan mencari keuntungan.

Para pejabat AS, kata Wang, sengaja menciptakan narasi mereka sendiri dengan membicarakan kemajuan teknologi China sambil mengabaikan fakta bahwa Washington memiliki persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia.

Bahkan, Washington sampai harus menginvestasikan triliunan dolar untuk meningkatkan nuklirnya, mengacu pada tiga metode AS dalam menyebarkan senjata nuklir: dari darat, kapal selam, dan udara.
"AS terus mendorong mentalitas perang dinginnya. Kurangnya komitmen AS terhadap perjanjian perlucutan senjata nuklir sangat jelas," kata Wang, mengacu pada penarikan Washington dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik dan Perjanjian Rudal Jangka Menengah.

Tanggapan China muncul setelah Robert Wood, duta besar perlucutan senjata Amerika, mengatakan Washington sangat prihatin menanggapi laporan bahwa China telah melakukan uji coba rudal hipersonik yang mengelilingi dunia pada Agustus lalu.

Wood juga mengklaim AS telah menahan diri dari mengejar senjata hipersonik dan bahwa Washington harus menanggapi perkembangan ini, dengan memperhatikan perkembangan terakhir Rusia di bidang ini juga.

Pada Senin (18/10), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian berpendapat bahwa uji coba yang banyak digembar-gemborkan itu hanyalah "tes pesawat ruang angkasa rutin" untuk mengevaluasi teknologi yang dapat digunakan kembali dalam roket.

“Ini sangat penting untuk mengurangi biaya pesawat ruang angkasa. Penggunaan ruang yang damai menyediakan cara yang nyaman dan murah untuk bepergian,” kata Zhao. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA