Ini berarti bahwa Pemerintahan Perdana Menteri Najib Mikati hanya memiliki waktu beberapa bulan untuk mencoba mengamankan rencana pemulihan IMF di tengah krisis ekonomi yang semakin dalam.
Dilaporkan
Al-Arabiya pada Selasa (19/10), tanggal pemilihan tersebut dipilih untuk menyiasati agar tidak berbarengan dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Sebelumnya, tanggal pemilihan diperkirakan akan berlangsung pada Mei.
Setelah parlemen baru dipilih, kabinet Mikati hanya akan bertindak sebagai juru kunci sampai perdana menteri baru diberikan mosi percaya dan ditugaskan untuk membentuk pemerintahan baru.
Krisis keuangan Lebanon, yang oleh Bank Dunia disebut sebagai salah satu depresi terdalam dalam sejarah modern, telah diperparah oleh kebuntuan politik selama lebih dari setahun sebelum Mikati membentuk kabinet bersama Presiden Michel Aoun.
Mata uang negara itu bahkan telah kehilangan 90 persen dari nilainya dan tiga perempat dari populasi telah didorong ke dalam kemiskinan. Kekurangan bahan pokok seperti bahan bakar dan obat-obatan membuat kehidupan sehari-hari menjadi sulit.
Mikati, yang kabinetnya berfokus pada menghidupkan kembali pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional, telah berjanji untuk memastikan pemilihan diadakan tanpa penundaan. Keputusan Selasa sesuai dengan desakan pemerintah Barat.
Setelah melakukan pertemuan dengan Mahmoud Mohieldin, direktur eksekutif IMF pada Selasa, Mikati mengatakan pemerintahnya telah mengumpulkan data keuangan yang diperlukan untuk dana tersebut.
"Kami berharap dapat menyelesaikan program kerja sama sebelum akhir tahun ini," kata Mikati.
BERITA TERKAIT: