Namun, alih-alih mendapatkan tenaga kerja yang sesuai, kotak loker ternyata tetap kosong sampai batas yang disediakan. Hampir tidak ada yang mengisi lowongan terutama untuk yang part time.
Para pebisnis, restoran misalnya, harus bertahan dengan hanya 3-4 karyawan sampai mereka mendapatkan tambahan tenaga kerja baru. Itu artinya, pengusaha terkadang harus ikut turun tangan melayani dari meja ke meja, demi agar pelanggan tidak terlalu menunggu lama.
Selain restoran, bisnis yang sedang kesulitan mencari tenaga kerja -terutama tenaga kerja part time- di saat penguncian dibuka kembali, adalah toko kelontong, pusat kebugaran, dan perhotelan.
Penguncian ketat yang dilakukan pemerintah untuk menahan penyebaran virus, membuat banyak bisnis terpuruk. Imbasnya, para pengusaha menutup bisnis atau mengurangi karyawan. Para pekerja yang terimbas memilih pulang kampung atau memcari pekerjaan lainnya.
"Sebelum penguncian, Anda bisa saja membuka iklan lowongan pekerjaan dan ada ribuan pelamar yang datang. Namun saat ini, hanya lima-enam orang yang akan merespon loker Anda. Tiga di antaranya mungkin cocok. Tapi saat Anda bersiap memanggil mereka, mereka sudah mendapat pekerjaan di tempat lain," kata Rhondda Everingham, manajer perekrutan di perusahaan persewaan tenaga kerja perhotelan, seperti dikutip dari
US Today, Rabu (27/10).
Sydney dan Melbourne yang merupakan kota dengan penguncian ketat sejauh ini, mengalami krisis tenaga kerja part time yang paling terpukul.
Dengan tidak adanya perkuliahan tatap muka selama penguncian dan para mahasiswa pulang kampung, jumlah tenaga kerja paruh waktu benar-benar menjadi sosok yang langka.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: