China dan Pakistan menyatakan absen dari pertemuan tersebut, yang menurut para ahli bisa menyebabkan munculnya hasil yang sia-sia bagi Afghanistan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada hari Selasa bahwa China tidak bisa menghadiri pertemuan tersebut karena masalah penjadwalan, dan India telah diberitahu mengenai masalah tersebut.
Pernyataan Wang datang setelah pekan lalu Pakistan menyatakan akan melewatkan pertemuan tersebut.
Media India melaporkan pada Minggu (7/11) bahwa China terbuka untuk berdialog dengan India mengenai Afghanistan secara multilateral dan bilateral meskipun tidak bisa hadir.
Sementara sebuah sumber mengatakan kepada
ANI News India bahwa keputusan Pakistan menunjukkan pola pikirnya memandang Afghanistan sebagai protektoratnya, sumber itu bahkan menggambarkan peran Pakistan di Afghanistan sebagai sebuah kerusakan.
Zhu Yongbiao, Direktur Pusat Studi Afghanistan di Universitas Lanzhou punya pendapat mengenai pandangan tersebut.
"India ingin menggunakan acara tersebut untuk menunjukkan pengaruhnya dalam urusan regional, dan menyerang Pakistan," kata Zhu, seperti dikutip dari
Global Times.
Zhu mengatakan, meskipun negara-negara tetangga datang dengan niat baik untuk membantu menstabilkan Afghanistan dan kawasan, keinginan egois India untuk menggunakan konferensi itu untuk menyerang negara-negara lain dan menyoroti kehadirannya membuat konferensi itu sulit untuk memiliki efek nyata.
"Tidak ada kekurangan pertemuan untuk membahas situasi di Afghanistan, tetapi tindakan nyata dan praktis adalah yang benar-benar dibutuhkan," kata Zhu.
Pengamat mengatakan bahwa India banyak berinvestasi di Afghanistan selama AS berada di negara tersebut dan memberikan bantuan kepada pemerintah Kabul saat itu dalam bidang intelijen dan keamanan, bahkan melatih para perwiranya.
"India tidak dapat menghilangkan kecemasannya karena pengaruhnya di Afghanistan mungkin menurun setelah penarikan AS. India selalu menentang Taliban, dan Taliban tidak terlalu mempercayai India," kata Zhao Gancheng, direktur Center for Asia- Studi Pasifik di Institut Studi Internasional Shanghai.
Itu bisa dilihat ketika utusan khusus dari Rusia, Pakistan dan China mengadakan pembicaraan di Kabul, atas undangan Taliban, dan membahas kemajuan dengan pejabat Taliban pada September lalu, dan India tidak ada dalam daftar.
Zhao mengatakan China telah bekerja sama dengan Rusia serta negara-negara Asia Tengah dalam masalah keamanan di Afghanistan, dan India merasa ditinggalkan, sehingga India akan menggunakan pertemuan itu untuk meningkatkan posisinya.
Oktober lalu misalnya, Rusia mengumpulkan 10 negara, termasuk China dan Pakistan, untuk fokus pada perkembangan situasi politik dan militer di Afghanistan, menyoroti peran penting koordinasi China-Rusia dalam krisis Afghanistan.
Acara yang diselenggarakan oleh India juga datang di tengah ketegangan perbatasan yang ada antara India dan China.
China dan India memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dalam keamanan regional. Tapi masalahnya, India selalu menjaga mentalitas zero-sum. India selalu menonjolkan dirinya dengan meremehkan orang lain, terutama dalam hubungannya dengan Pakistan, menurut Zhao.
"India harus meninggalkan mentalitas zero-sum jika ingin memainkan peran kunci dalam urusan keamanan regional. Pengejaran dominasi regional yang tidak realistis hanya akan berdampak negatif pada negara lain," ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: