Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ribuan Warga Tunisia Menyerbu Halaman Gedung Parlemen, Membawa Spanduk "Matikan Kais Saied"

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 15 November 2021, 06:18 WIB
Ribuan Warga Tunisia Menyerbu Halaman Gedung Parlemen, Membawa Spanduk "Matikan Kais Saied"
Ribuan orang menyerbu halaman gedung parlemen Tunisia, Minggu, 14 November 2021/Net
rmol news logo Tunisia kembali dikecam kekacauan ketika ribuan orang menyerbu halaman gedung parlemen pada Minggu (14/11).

Lebih dari 3.000 warga Tunisia menyuarakan protesnya di halaman parlemen negara itu untuk memprotes perebutan kekuasaan dan menuntut Presiden Kais Saied memulihkan parlemen dan pemerintahan yang demokratis.

Para demonstran memblokir semua jalan sambil bergerak menuju gedung parlemen, sementara ratusan pasukan keamanan dikerahkan di Place of Bardo dalam upaya untuk mencegah demonstran mencapai gedung, menurut laporan AFP.

Para pengunjuk sara membawa plakat bertuliskan “Matikan Kais Saied” dan “Freedom! Akhiri negara polisi!”. Mereka juga berteriak, "Rakyat ingin menumbangkan kudeta" dan mencap presiden sebagai "agen kolonialisme".

Bentrokan terjadi ketika mereka dengan ganas merobohkan penghalang dan mendorong aparat yang menghalangi jalan mereka.

Itu adalah unjuk rasa terbaru yang membuat negara paling utara di Afrika itu terjerumus dalam cengkeraman krisis politik yang mendalam sejak presiden negara itu menggulingkan pemerintah, menangguhkan parlemen, dan mengambil alih otoritas eksekutif pada 25 Juli lalu.

Saied bersikeras bahwa tindakannya yang luar biasa dimaksudkan untuk "menyelamatkan" negara, tetapi para pengkritiknya menuduhnya telah mengatur kudeta.

Seorang pengunjuk rasa mengatakan, "Kami datang hari ini untuk secara damai mengatakan kepada Presiden: Tidak untuk kediktatoran. Tidak untuk pemerintahan individu. Kami harus kembali ke konstitusi yang menjadikan Anda (Saied) presiden."

Sementara yang lainnya, yang menyebut dirinya sebagai "warga negara menentang kudeta," mengungkapkan kekecewaannya tentang keadaan pemerintahan saat ini.

"Kami berada di tahun 2021 dan kami mengalami kudeta, kudeta militer dan polisi yang nyata," katanya.

Aksi protes itu menyusul bentrokan pekan lalu antara polisi dan pengunjuk rasa di kota selatan Agareb di mana satu orang tewas.

"Tunisia sekarang terisolasi secara internasional dengan penutupan parlemen dan kudeta ... kami ingin memulihkan demokrasi," Abderrouf Betbaib, mantan penasihat Saied yang berada di antara para demonstran. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA