Utusan hak asasi manusia dari Kementerian Luar Negeri Rusia, Grigory Lukyantsev, mengatakan bahwa tuduhan dan sanksi itu tidak masuk akal
"Semua tuduhan dalam hal ini ditujukan kepada satu negara; Belarusia. Lalu juga ada tuduhan kepada Rusia, ini sangat tidak masuk akal," ujarnya dalam sebuah wawancara televisi, seperti dikutip dari
The Moscow Time, Minggu (14/11).
Pada Jumat (12/11), perwakilan Polandia di PBB dan Uni Eropa, membuat pernyataan bahwa itu semua adalah kesalahan "rezim kriminal (Presiden Belarusia) Lukashenko." Hal yang kemudian ditanggapi oleh pihak Rusia sebagai standar ganda.
"Kita tidak boleh mencari kesalahan kepada pihak lain. Krisis diciptakan sendiri oleh negara-negara Barat. Mereka menutup mata. Maka kami mengusulkan jika ada masalah kemanusiaan agar diselesaikan secara bilateral," ujar diplomat itu, menambahkan bahwa jajarannya telah memantau langsung ke lokasi krisis.
Sejak awal tahun, migran dari Timur Tengah berbondong-bondong mencari suaka ke Eropa dengan melalui rute Belarusia. Ledakan migran terjadi pada 8 November lalu di mana lebih dari 2.000 migran menumpuk di perbatasan dan menimbulkan kekacauan di antara negara-negara tetangga Belarusia di antaranya Polandia dan Lithuania.
Para pejabat Rusia dan Belarusia mengatakan bahwa Polandia dan Lithuania menggunakan situasi di sekitar para migran sebagai alasan untuk memompa pembiayaan keluar dari UE dan membenarkan kebijakan anti-imigran mereka.
"Mereka juga mencoba untuk meningkatkan peran mereka dalam politik Eropa dengan menjelek-jelekkan Belarusia," ujar Perwakilan Tetap Belarus untuk PBB, Valentin Rybakov.
Menteri Pertahanan Belarusia Viktor Khrenin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (12/11) bahwa Polandia dan negara-negara tetangga siap memulai konflik di mana mereka ingin melibatkan Eropa sebagai bagian dari penyelesaian masalah politik domestik mereka, serta masalah di dalam Uni Eropa.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: