Para pejabat dikabarkan akan membahas kemungkinan kembalinya AS ke perjanjian 2015, yang membatasi kegiatan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi, seperti dikutip dari
CNN. Banyak pertanyaan yang muncul, setelah berulang kali pertemuan menemui jalan buntu, apakah pertemuan pada 29 November ini akan membuahkan hasil diplomatik, atau akan sia-sia lagi?
Pihak-pihak lain dalam perjanjian itu, termasuk Jerman, Inggris, Prancis, China, dan Rusia, akan datang ke pertemuan Wina. Sumber-sumber Eropa mengatakan kepada CNN bahwa mereka mengharapkan Iran memperlakukan pertemuan itu sebagai 'putaran pertama'.
Dinegosiasikan oleh pemerintahan Obama bersama dengan Jerman, Prancis, Inggris, Cina, dan Rusia pada 2015, JCPOA mewakili upaya besar untuk mengurangi ambisi nuklir Iran.
Perjanjian setebal 159 halaman itu mengikat AS dan mitra Eropanya untuk mencabut sanksi lama untuk memungkinkan Iran membawa kembali investasi asing dan menjual sumber daya alamnya secara global tanpa sanksi.
Para diplomat Barat telah memperingatkan bahwa waktu hampir habis, sementara mereka melihat kemajuan signifikan yang telah dibuat Iran dalam program pengayaan uraniumnya, yang merupakan jalur yang mungkin menuju bom nuklir.
Mereka mulai merasa tidak optimis tentang prospek ke depan, dan menekankan bahwa jika diplomasi gagal, AS siap untuk menggunakan opsi lain.
Pemerintah Iran yang baru-baru ini terpilih di Teheran akan mengirim satu set negosiator baru ke Wina untuk "tidak akan mundur dengan cara apa pun dalam membela kepentingannya."
“Kami masih berharap bahwa diplomasi dapat menemukan jalan,†ujar Brett McGurk, koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kepada Dialog Manama yang diselenggarakan oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis.
"Tetapi jika tidak menemukan jalan, kami siap menggunakan opsi lain."
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: